“Padahal bagi masyarakat luas tidak masalah apakah Firli jenderal aktif atau tidak. IPW melihat ada dua hal yang membuat orang-orang yang sok kuasa di KPK ketakutan pada Firli. Pertama, Firli pernah menjadi Deputi Penindakan KPK sehingga dia tahu persis borok-borok dan orang-orang yang menjadi biang kerok di lembaga antirasuah itu,” sebut Neta.
Tak hanya itu, sambung Nera, Firli akan mereformasi KPK dengan paradigma baru yang tentunya kepentingan segelintir orang-orang di KPK akan tersapu.
“Kedua hal itu akan mudah dilakukan Firli dan tidak ada yang berani mengganggunya, mengingat Firli adalah jenderal aktif, yang jika terjadi aksi boikot oleh kelompok ‘polisi taliban’, Firli tinggal mengerahkan para penyidik dari Polri,” tutur Neta.
Menurutnya, lebih baik para ‘polisi taliban’ di KPK fokus pada pemanggilan paksa terhadap Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar yang berusaha menghindar terhadap pemanggilan KPK.
Selain itu, menjelang berakhirnya masa tugasnya pertengahan Desember mendatang, para pimpinan KPK harus menjadikan kasus Muhaimin sebagai “bonus” kariernya di KPK maupun imbalan akhir tahun buat masyarakat, terutama masyarakat antikorupsi.