Diharapkan peta navigasi tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan nasional dalam penetapan alur maupun sistem transportasi di Danau Toba.
Menurut Kapushidrosal, Pasca musibah tenggelamnya KM Sinar Bangun IV, yang berlayar dari pelabuhan Simanindo (Samosir) dengan tujuan Tigaras (Simalungun) pada tanggal 18 Juni 2018; menjadi momentum pelaksanaan operasi survei dan pemetaan (Opsurta) Hidro-Oseanografi seluruh perairan Danau Toba.
“Hasil survei tersebut telah diolah menjadi peta kertas (paper chart) dan peta digital atau electronic navigation chart (ENC) dengan standard internasional IHO. Peta kertas dan peta digital tersebut dibuat dengan sekala Approach to Harbour, dengan 10 cell ENC sesuai dengan jumlah liputan peta kertas (nomor 522 dan 523)”. ungkap Chief Hydrographer Indonesia tersebut.
Peta Laut Danau Toba merupakan peta danau toba pertama yang dibuat di Indonesia dalam versi kertas dan elektronik menggunakan standar internasional peta inland waterways melalui survei hidrografi selama kurang lebih dua tahun untuk mendapatkan data kedalaman dan karakteristik perairan Danau Toba.