“Yang sekarang ada istilahnya ada peluang cuma empat,” imbuh dia.
Yadi menyebut sisa empat BUMN yang sakit masih perlu adanya penanganan.
Diantaranya PT Industri Telekomunikasi Indonesia, PT Primissima (Persero), Perum Percetakan Negara RI, dan PT Djakarta Lioyd (Persero).
Sementara, anggota Komisi V Fraksi Partai Gerindra Muhammmad Husein Fadlulloh mengganggap BUMN-BUMN yang sakit itu istilahnya hidup tak segan mati tak mau.
“Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar marketnya sudah tidak ada, misalnya Primissima. Itu kan juga sebetulnya sudah ada BUMN serupa yang mirip,” pungkas dia.
(*)