Pasaman, Kabarin.co — Meski baru dilantik sebagai Bupati Pasaman, Welly Suhery bukanlah sosok baru dalam membangun komunikasi politik, khususnya di internal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Semangatnya dalam mewujudkan visi “Pasaman Bangkit” terlihat dari langkah aktifnya menjalin hubungan strategis dengan sejumlah tokoh nasional dari partai yang sama.
Salah satu bentuk nyata komitmennya tersebut adalah intensnya komunikasi dengan anggota DPR RI dari Fraksi PKB. Belum lama ini, Welly Suhery mendapat dukungan penuh dari Ketua Fraksi PKB DPR RI, Dr. H. Jazilul Fawaid, Al Hafidz, S.Q., M.A., yang menyatakan bahwa seluruh 68 anggota DPR RI dari PKB siap mendukung program pembangunan di Pasaman.
“Sebanyak 68 anggota DPR RI dari PKB akan mendukung Pak Welly dalam membangkitkan Pasaman,” ungkap Gus Jazil saat bertemu Bupati Welly dalam agenda partai di Jakarta.
Mendapat dukungan tersebut, Bupati Welly Suhery yang akrab disapa Pode, menyampaikan rasa syukurnya.
“Alhamdulillah, terima kasih Gus. Dukungan ini menjadi semacam imun yang luar biasa bagi saya untuk terus memimpin dan membangun Pasaman,” ujarnya penuh semangat.
Tak hanya berhenti pada Gus Jazil, Pode juga memanfaatkan momentum pertemuan tersebut untuk menjalin komunikasi dengan tokoh PKB lainnya yang memiliki posisi strategis di DPR RI. Salah satunya adalah Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Muhammad Hanif Dhakiri, yang memiliki kewenangan di bidang keuangan, perencanaan pembangunan nasional, serta sektor jasa keuangan.
“Kita berharap, dengan pengalaman beliau sebagai mantan Menteri Ketenagakerjaan, Pasaman bisa mendapatkan perhatian lebih dalam aspek pembangunan ekonomi dan keuangan,” jelas Pode usai memperoleh dukungan dari Hanif Dhakiri.
Dukungan juga datang dari Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, yang membidangi urusan agama, sosial, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak. Komunikasi yang intens ini menjadi fondasi kuat bagi kepemimpinan Welly Suhery untuk meraih dukungan program-program nasional.
Dengan strategi komunikasi yang terarah, Welly Suhery menunjukkan bahwa kepemimpinannya tidak hanya berfokus pada pembangunan di tingkat lokal, namun juga proaktif membangun jejaring di level nasional.
“Diskusi kami dengan para tokoh ini tidak hanya formalitas. Banyak pembahasan strategis yang mengarah pada percepatan pembangunan daerah dan peningkatan kualitas pelayanan publik,” tegas Pode.
Kepiawaian Welly membangun relasi politik dinilai sebagai bukti keseriusannya dalam membawa perubahan nyata untuk Pasaman. Hal ini diamini oleh salah seorang perantau Pasaman yang menyampaikan kekagumannya terhadap langkah progresif sang bupati.
“Pode bukan sekadar pemimpin biasa. Dengan gaya kepemimpinannya yang bersahaja, ia mampu membuka jalan komunikasi dengan tokoh-tokoh penting nasional. Ini strategi besar untuk mendorong lompatan pembangunan Pasaman,” ungkapnya.
Yang menarik, perjalanan Welly Suhery tak lepas dari berbagai keraguan di awal. Ia sempat dicibir sebagai “tukang tambal ban” yang dinilai tidak memiliki jaringan dan pengalaman birokrasi. Namun, waktu membuktikan bahwa dengan tekad kuat, niat tulus, serta strategi komunikasi yang cerdas, Welly mampu membungkam stigma negatif tersebut.
Kini, Bupati Welly Suhery terus membuktikan diri sebagai pemimpin progresif yang mengedepankan kolaborasi dan inklusivitas. Dengan visi membangun dari pinggiran, ia menginspirasi bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil—asal disertai kemauan, strategi, dan keberanian. (Joni)







