“Yang selama ini banyak terjadi, kalau menurut saya ya, itukan dipecat dan tidaknya yang menentukan adalah manajemen bukan yang lain.”
“Jadi, memang harus berpikir mempertimbangkan baik lebihnya seorang pelatih. Tetapi, kalau seumpamanya memang sudah sangat parah ya mungkin itu menjadi keputusan manajemen,” imbuhnya.
Menurut Aji Santoso, pelatih pun ikut terlibat dalam siklus kejamnya sepak bola Indonesia.
Sebab, setiap tahunnya pelatih juga melakukan seleksi yang menentukan keberlangsungan masa depan pemain di satu klub.
Secara pribadi ia sudah menanamkan sikap bertanggung jawab di semua klub yang dibela. Ia tidak segan mundur atau menerima konsekuensi jika memang dirasa tidak memenuhi ekspektasi.
Ia siap menanggung semua resiko dengan catatan diberikan kepercayaan penuh untuk mengelola tim dan memaksimalkan potensinya.
“Masalah teknis itu harus diserahkan pada seorang pelatih karena memang sudah bertanggung jawab, tidak ada tim (khusus) untuk perekrutan pemain, tapi dari pelatih,” terang pelatih berusia 52 tahun tersebut.