Pasaman, Kabarin.co — Pemilihan Ketua KONI Sumatera Barat menuai polemik. Ketua KONI Pasaman, Tommy Irawan Sandra, menilai proses pemilihan diwarnai intervensi dan pelanggaran aturan, sehingga mencederai demokrasi olahraga di Sumbar.
“Awalnya satu form satu voter dan form asli itu ada pada saya. Tapi pimpinan sidang menyatakan dukungan dari Padang Pariaman dicabut dan dialihkan ke kandidat lain. Ini jelas pelanggaran ADRT organisasi,” tegas Tommy.
Menurutnya, pencabutan dukungan tersebut menimbulkan tanda tanya besar. “Mereka mendaftar kemarin sore, tapi surat pencabutannya baru masuk pagi tadi. Bagaimana mungkin proses itu dianggap sah? Semua voter di ruangan mendengar dan melihat hal ini,” ujarnya.
Tommy juga menyayangkan sikap panitia pemilihan yang tidak menghadirkan pihak terkait untuk mengklarifikasi persoalan tersebut. “Saya sudah minta sekretaris Padang Pariaman dihadirkan untuk berbicara langsung dengan ketua PLT, tapi tidak dikabulkan,” tambahnya.
Lebih jauh, Tommy menuding adanya tekanan politik dalam proses pemilihan. Ia mengungkapkan bahwa dirinya sempat dipanggil oleh Gubernur Sumbar dan diarahkan untuk mundur demi memberi jalan kepada kandidat lain.
“Ini bentuk intervensi nyata. Bahkan dalam pidato gubernur, arahnya jelas mengarahkan dukungan ke Hamdanus. Saya tidak pernah menjual nama siapa pun, berbeda dengan pihak lain yang menekan kepala daerah agar dukungan dialihkan,” jelasnya.
Meski merasa dizalimi, Tommy menegaskan dirinya tidak ingin menimbulkan keributan. “Saya sudah lihat kondisi tidak aman, makanya saya memilih untuk bicara sopan dan tidak memancing konflik. Tapi langkah hukum dan keadilan tentu akan saya tempuh,” pungkasnya. (**)