Kali ini Ahok tersandung pada permasalahan yang tampaknya tidak bisa tidak mengharuskan ia tunduk dan menyampaikan permohonan maafnya kepada khalayak.
Apakah ini sekedar taktik saja dalam rangka meraih kembali simpati menjelang kampanye pilkada ke depan? Ataukah memang tulus, mengingat selama ini sikap, perilaku dan ucapan Ahok seringkali menimbulkan kegaduhan semata?
Jika pernyataan kontroversial tentang surat Al-Maidah muncul karena sensitifitasnya akibat tekanan dalam kontestasi pilkada yang dihadapinya, maka perlu dipertanyakan kestabilan emosi dalam kapasitasnya sebagai abdi masyarakat.
Bukankah seorang pemimpin harus pandai menjaga emosi dalam situasi, kondisi dan tekanan yang bagaimana pun juga bentuknya?
Presiden Nusantara Foundation & Muslim Foundation of America Inc Shamsi Ali mengatakan ada dua kemungkinan mengapa Ahok sembarang menafsirkan Surat Almaidah dan menyatakannya dalam sebuah pertemuan resmi pemerintah daerah.
Bisa jadi itu memang karakternya, dimana Ahok tidak memikirkan apa akibat dari yang diucapkanya terlebih dulu. Berbicara tanpa memikirkan sensitifitas orang lain.