Bocah Perempuan Berusia 10 tahun ini Sudah Taklukan 7 Gunung Tertinggi di Indonesia

kabarin.co – Namanya Khansa Syahlaa, usianya baru 10 tahun, secara kasat mata bocah bertubuh langsing itu tak berbeda jauh dari kebanyakan anak lainnya.

Namun siapa sangka bocah yang masih duduk di bangku kelas 6 SD Dar El Salam Gunung Putri Bogor itu merupakan perempuan cilik pertama yang berhasil menggapai puncak Cartenz Pyramid, gunung tertinggi di Indonesia.

Sebelum menaklukan puncak Cartenz di Papua, Khansa sudah lebih dulu berhasil menginjakan kaki di Puncak Gunung Rinjani, Kerinci, Mahameru, Binaiya, Puncak Rantemario Latimojong dan Gunung Bukit Raya di Kalimantan yang merupakan enam dari 7 puncak gunung tertinggi di Indonesia.

Bagi Khansa berhasil menggapai puncak Cartens merupakan pelengkap dari pendakian tujuh puncak yang ia bingkai dalam seven summit Indonesia.

Khansa berujar kecintaannya pertama kali dengan kegiatan outdoor saat dirinya menonton film 5cm. Sejak saat itu Khansa rajin berlatih teknik naik gunung bersama ayahnya, Aulia Ibnu yang sudah lebih dulu malang melintang di kegiatan outdoor.

Mahameru, Rinjani dan Kerinci merupakan 3 gunung tertinggi pertama yang berhasil ia daki. Hingga pertengahan 2017 tercatat Khansa sudah menaklukan 16 puncak gunung.

“Saya naik gunung itu tiap libur sekolah. Alhamdulilah ayah dan keluarga memberikan suport,” ucap wanita kelahiran 16 Maret 2006 tersebut.

Aulia berujar melalui kegiatan outdoor karakter seorang anak akan terbentuk, anak bisa menjadi lebih berani, mandiri dan tanggung jawab. Untuk itu ia sangat mendukung hobi Khansa karena pada dasarnya Khansa merupakan pribadi yang penakut dan pemalu.

“saya ajak Khansa bukan untuk pendaki gunung saja tetapi ingin membangun karakter karena khansa yang kurang berani. Khansa itu paling takut dengan lintah tetapi justru saya bawa ke gunung Kencana di Kalimantan yang banyak lintahnya.

“Saya ingin mengubah rasa ketakutan Khansa supaya tidak menjadi menakutkan dan alhamdulilah berubah,” sambung pria yang pernah mencicipi dinginnya Gunung Everst Himalaya itu.

Sebelum menaklukan Cartenz, Khansa setidaknya menjalani serangkaian latihan khusus selama 3 hari di Gunung Pangrango mengingat Cartens merupakan kategori gunung teknikal dimana teknik-teknik memanjat tebing harus dikuasai setiap pendaki. Diluar itu Khansa juga menjauhi minuman dingin dan gorengan.

Setelah Aulia membentuk tim yang berjumlah 5 orang, tepat pada tanggal 7 Juli 2017 Khansa dan Aulia bertolak menuju Papua. Di sana mereka tak langsung mendaki karena terhadang cuaca buruk selama 3 hari. Khansa berseta rombongan baru bisa mendaki gunung setinggi 4.884 mdpl pada 15 Juli pukul 4 dini hari.

“Tidak mudah mencapai puncak. Kami mesti melewati 4 celah, meloncat dan harus melibas jurang hanya dengan tambang,” kata Khansa yang mengaku paling malas kalau diajak jalan-jalan ke Mall.

Menurut Khansa momok terbesar menaklukan Cartenz adalah serangan penyakit AMS atau penyakit ketinggian yang bisa tiba-tiba datang meyerang. Rasa ketakutan tersebut juga dirasakan oleh Aulia yang kala itu mengaku was-was dengan kondisi fisik si buah hati.

“Rasa mual, nafsu makan menurun dan pusing merupakan gejala awal. Kuncinya adalah harus banyak makan supaya tetap memiliki energi. Apa pun makanan favorit Khansa saya bawa dan alhamdulilah Khansa tetap bugar, AMS justru menyerang salah seorang tim saya,” ucap Aulia yang kala itu membawa teri kesukaan Khansa.

Aulia berujar tak ada paksaan selama pendakian. Pada ketinggian 4.500 mdpl Aulia menawarkan Khansa untuk turun jika merasa letih namun tawaran itu ditolak. Dengan penuh semangat Khansa terus melangkahkan kakinya menuju puncak Cartenz. Di hari yang sama pada pukul 4 sore akhirnya Khansa berhasil menginjakan kaki di puncak tertinggi di Indonesia itu.

Diiringi hujan es gema takbir melantun dari mulutnya, air mata haru membasahi pipi mungil Khansa dan sang saka merah putih pun di tancapkan. Selang 30 menit kemudian Aulia berhasil menyusul Khansa.

Namun sangat disayangkan pengalaman berharga itu tak bisa berlansung lama karena Khansa bersama tim harus segera kembali ke basecamp akibat cuaca yang terus memburuk.

Perjalanan pulang pun tak kalah menegangkan karena Khansa harus berjuang melawan guyuran hujan es yang masif. Selain itu rasa kantuk yang mulai menggelayut di kelopak mata juga menjadi tantangan terberat bagi Khansa.

“Waktu turun Khansa sudah mengeluh ngantuk.kondisinya hujan es. Pada saat itu saya juga sudah tidak bisa merasakan ujung jari saya.Demikian juga dengan Khansa. Supaya Khansa tetap sadar saya berikan dia cokelat agar beraktifitas. Alhamduilah kami sampai basecamp dengan selamat,” jelas Aulia.

Berhasil menaklukan puncak Cartenz tak membuat Khansa berpuas diri. Di masa liburan berikutnya perempuan cilik yang memiliki cita-cita sebagai peneliti hutan itu berkeinginan untuk mendaki gunung-gunung lainnya di luar Indonesia. Khansa berpesan, selama mendaki gunung jangan pernah membuang sampah sembarangan. Sekecil apa pun sampah yang dihasilkan harus bisa disimpan untuk dibuang ditempat semestinya.(*/kbk)