Maka bisalah dibayangkan, tanpa dibangunnya pabrik semen di Indarung (kini PT Semen Padang) tahun 1910, lebih seabad silam, maka dapatlah dibayangkan rakyat Indonesia dalam waktu yang lama akan tetap menjadi konsumen semen yang dibuat di negara lain.
Hari ini mungkin orang hanya akan memandang PT Semen Padang sebagai bagian ‘kecil saja’ dari industri semen nasional, karena produksinya yang sekitar 6,5 juta ton setahun Tapi seabad yang lalu, setelah dibangun tahun 1910, pabrik semen di bukit Indarung tersebut adalah segalanya bagi Indonesia yang masih bernama Hindia Belanda.
Sejak pertama dibangun, pabrik Semen Padang yang sejak awal telah menggunakan kerbau sebagai lambangnya, merupakan pabrik semen pertama di Hindia Belanda bahkan di Asia Tenggara. Status sebagai pabrik semen satu-satunya di Indonesia itu bertahan selama hampir setengah abad hingga dibangunnya pabrik semen Gresik tahun 1957.
Namun hingga satu dekade setelah pabrik semen Gresik berdiri, produksi Semen Padang masih menjadi andalan bagi pembangunan berbagai proyek penting, strategis, bahkan menjadi landmark bagi kota-kota yang menjadi lokasi bangunan tersebut. Termasuk dalam hal ini Monumen Nasional, Gedung MPR/DPR, Jembatan Semanggi, dan Hotel Indonesia di Jakarta, dan Jembatan Ampera di Palembang.