Kendati demikian, diakui Dody, Rupiah memang menjadi yang terlemah di kawasan regional. Hal ini dipicu kondisi transaksi berjalan yang defisit (current account deficit/CAD).
“Jadi karena memang permintaan (Dolar AS) masih cukup besar, namun capital inflow (arus masuk dana asing) masih belum cukup begitu besar,” kata dia.
Menurutnya, penguatan Dolar AS yang terus terjadi dan memukul mata uang negara-negara lainnya, memang tidak dapat dihindari lantaran normalisasi kebijakan moneter negara-negara maju memang sangat berdampak terhadap negara-negara di kawasan regional, termasuk Indonesia.
Meski begitu, BI dikatakan akan terus melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan berbagai instrumen yang dimiliki. “Kita lakukan secara kombinasi dari optimalisasi dengan cadangan devisa dan gradual depreciaton,” katanya. (oke)
Baca Juga:
Rupiah Terpuruk di Level Rp15.240