Namun, ia meyakini rilis data inflasi kemarin seharusnya bisa menjadi katalis positif bagi rupiah pada hari ini. Sehingga, jika memang rupiah melemah, maka pelemahannya terbatas.
“Jadi rentang untuk hari ini sama dengan kemarin, Rp14.175 per dolar AS hingga Rp14.280 per dolar AS,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelaku pasar kini sudah tidak resah dengan ekonomi AS lantaran inversi imbal hasil obligasi pemerintah AS (inverted yield curve) berhenti untuk sementara.
Adapun, inverted yield curve adalah kondisi di mana imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) bertenor pendek lebih tinggi ketimbang SBN bertenor panjang. Jika imbal hasil SBN jangka pendek memiliki imbal hasil tinggi, artinya permintaannya sedang tinggi. Tapi, justru ini mengindikasikan pesimisme ekonomi suatu negara karena tidak ada yang mau beli SBN bertenor panjang.
Hanya saja, pada akhir pekan lalu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor tiga bulan berada di 2,39 persen, sementara untuk 10 tahun sebesar 2,4068 persen. Artinya, pelaku pasar yakin ekonomi AS tidak akan mengalami resesi. Tak heran, banyak pelaku pasar mulai mengalihkan asetnya lagi ke dolar AS.