Meski pertumbuhan ekonomi terbilang masih mumpuni, namun penurunan suku bunga acuan ditujukan agar pertumbuhan ekonomi AS tak terjerembab lebih dalam seiring tensi perang dagang dengan China, yang belum menemui titik terang.
“The Fed mungkin akan memilih untuk pemotongan suku bunga hati-hati, untuk menstabilkan angka pertumbuhan dan inflasi,” jelas Ibrahim, Selasa (30/7).
Pelemahan rupiah juga disebabkan oleh prediksi bahwa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kemungkinan besar akan membawa Inggris cerai dari Uni Eropa tanpa kesepakatan transisi atau biasa disebut no-deal Brexit pada Oktober nanti.
Hal ini bikin pelaku pasar memilih dolar AS sebagai instrumen investasi dan bikin dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang.
“Di transaksi hari ini, rupiah masih akan melemah karena tekanan kuat dari global dengan range di level Rp13.990 hingga Rp14.035 per dollar AS,” tandas dia. (cnn)
Baca Juga:
Rupiah Kembali Melemah di Level Rp14.000-an per USD