Apalagi, ancaman resesi ekonomi sudah mulai terasa. Dikutip dari Reuters, imbal hasil surat berharga negara AS untuk tenor jangka panjang kini lebih kecil dibanding tenor jangka pendek. Kondisi yang umum disebut inverted yield curve ini menandakan bahwa pelaku pasar tidak begitu optimis dengan ekonomi AS di jangka panjang.
Kemudian, Ibrahim juga mengatakan pergerakan rupiah pagi ini juga berasal dari ekspektasi atas data neraca perdagangan Indonesia Juli. Pengumuman itu akan disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini pada pukul 11.00 WIB.
Beberapa analis memperkirakan neraca perdagangan pada bulan Juli akan defisit US$384,5 juta, di mana ekspor turun 11,59 persen secara tahunan (year on year). Sehingga, ini diperkirakan memutus tren surplus yang terjadi sejak Mei.
“Di hari ini, rupiah kemungkinan kembali melemah tipis imbas dari data dalam negeri yang kemungkinan jelek, sehingga rentang rupiah di transaksi hari ini ada di level Rp14.184 hingga Rp14.306 per dolar AS,” ungkap Ibrahim. (cnn)