Menurutnya, alasan dilakukan pelatihan ini karena daerah Kabupaten Solok, penghasil ikan air tawar. Jumlahnya selalu cenderung meningkat setiap tahunnya. Namun di sisi lain, masih banyak masyarakat setempat yang belum mampu mengemas maupun memberi label produk ikan olahannya.
“Jadi selama ini produk olahan masyarakat belum bisa berdaya saing tinggi di pasaran dan nilai jualnya belum meningkat, padahal olahan sesungguhnya berkualitas,” jelas Rahmi.
Selain itu, lanjut Rahmi, teknologi yang digunakan masyarakat dalam membuat kemasan masih rendah. Tentu kemasan produk kurang menarik, dan tidak tahan lama. Kemudian, sumber daya manusia (SDM) daerah setempat tentang kemasan dan label produk olahan ikan air tawar masih minim.
Padahal, tutur Rahmi, tahun 2020 lalu, pihaknya sudah mengedukasi proses pembuatan produk bakso, nugget, kaki naga, otak-otak, dan dimsum yang berbahan ikan. Namun sayangnya, nilai jualnya masih rendah, sehingga berakibat kerugian bagi masyarakat atau petani ikan air tawar.