“Berikan kesempatan kepada Semen Tonasa, Semen Padang, Semen Baturaja, Semen Gresik, dan SBI (Solusi Bangun Indonesia) untuk menentukan pasar dan mengelola distribusi sendiri. Dengan cara ini, mereka bisa lebih tahu pasar mereka dan lebih fleksibel dalam strategi pemasaran,” tegas Andre.
Data menunjukkan bahwa SIG membukukan laba sebesar Rp719,72 miliar pada kuartal III-2024, turun drastis sebesar 58% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan SIG juga menyusut sebesar 4,9% menjadi Rp26,29 triliun secara tahunan.
Menurut Direktur Utama SIG, Donny Arsal, penurunan ini terjadi akibat melemahnya permintaan dari segmen ritel.
“Di segmen ritel, permintaan turun 5%, dan harga juga terdorong ke bawah karena kompetisi ketat,” jelas Donny.
Selain tantangan di segmen ritel, SIG juga menghadapi masalah oversupply yang signifikan.
Kapasitas produksi SIG mencapai 122 juta ton, sementara permintaan hanya 65 juta ton. Hal ini membuat SIG menghadapi tekanan besar karena kelebihan pasokan.
“Kondisi ini membuat kami harus benar-benar berhati-hati dalam mengelola kapasitas produksi agar tidak semakin membebani kinerja perusahaan,” ujar Donny.