Jika memang Kompetisi dihentikan,PSSI cari Alternatif

Sepakbola10 Views

Jakarta,Kabarin.co-Para kontestan kompetisi sepak bola nasional boleh jadi harap-harap cemas dalam beberapa waktu ke depan. Setelah PSSI menangguhkan kompetisi hingga akhir Mei 2020 mendatang karena pandemi COVID-19, ada kemungkinan terburuk yang mesti diterima: Pemberhentian kompetisi.

Apa pasal? Saat PSSI menggelar rapat dengan pendapat dengan DPR tengah pekan ini, Ketum PSSI, Mochamad Iriawan, sempat berujar demikian. Tapi, federasi juga bukan lepas tangan karena mereka tetap memberikan opsi jalan keluar.

Pertama, jika pandemi berakhir pada 29 Mei mendatang, kompetisi Liga 1 dan di bawahnya akan kembali bergulir pada 1 Juli 2020. Artinya, ada waktu lima bulan untuk merampungkan kompetisi.

Opsi pertama belum tentu berjalan mulus. Sebab, kata Iriawan, federasi tak mau melanggar aturan yang dibikin pemerintah. Mereka akan menjalankan kompetisi jika pemerintah memberikan lampu hijau.

“Saat ini pemerintah sudah menerbitkan status darurat COVID-19. Kami akan tunggu bagaimana kelanjutannya. Jika Juni atau Juli pemerintah belum mencabut larangan ini, maka kompetisi tidak akan kami lanjutkan baik Liga 1, Liga 2, dan seterusnya,” kata Iriawan.

“Kami akan terbitkan Surat No. 43 terkait Liga 1 dan Liga 2. Suratnya sedang kami siapkan untuk kami sebar ke klub. Tapi sekali lagi, kami masih menunggu dulu,” dia menambahkan.

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan pada acara Member Development Program PSSI, Bali, Minggu (26/1/2020). Foto: Dok. PSSI
Jelas ini bukan cerita baik. Jika kompetisi dihentikan, bukan berarti tak menambah masalah baru. Klub yang sudah mengikat kontrak dengan pemain mesti putar otak untuk kembali bernegosiasi.

Pun dengan pihak sponsor. Selain mendapat dana distribusi dari PSSI untuk memutar roda keuangan, klub juga mengikat kerja sama dengan sponsor. Jika kompetisi tak berjalan, bukan tak mungkin sponsor menarik diri satu per satu.

Opsi kedua, lanjut Iriawan, PSSI akan membuat ‘kompetisi atau tunamen’ yang diupayakan rampung akhir tahun ini. Jalan tersebut juga seakan menjadi solusi pintas mengisi kekosongan hingga musim 2020 rampung.

“Ini salah satu opsi lain juga yang sedang kami rumuskan. Misal pandemi ini berakhir pada September, maka ada waktu untuk menggelarnya,” tutur Iriawan.

Adapun opsi ketiga, menggelar pertandingan tanpa penonton. Tapi, belum skenario ini berjalan, PSSI sudah banjir keluhan dari sejumlah klub kontestan. Paling nyata, tentu tak ada pemasukan bagi klub tuan rumah dari tiket penonton.

The Jakmania (oranye) menyaksikan Persija bertanding. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu menjelaskan terkait opsi ketiga ini, FIFA sebetulnya menyerahkan kepada setiap federasi untuk menyiasati penyelenggaraan kompetisi di tengah pandemi namun dengan catatan. Tapi, lanjut dia, jika terus jalankan maka akan ada dampak dan pada akhirnya tetap kepada keputusan awal.

“Terlebih bila sekali pertandingan di satu tempat ada 50 orang minimal yang ambil bagian. Dengan kondisi PSBB [Pembatasan Sosial Berskala Besar] saat ini apakah mungkin dilakukan?” kata Iwan.

“Dengan jumlah orang yang terlibat, pertimbangannya jadi sangat krusial. Belum lagi pergerakan klub dari satu venue ke venue pertandingan lain. Makanya, agar kompetisi ini bisa berjalan PSSI harus lebih dalami lagi alternatifnya,” kata dia sehingga langkah tepat jika difikirkan alternatif lain.(kpn)