Lagu Genjer-genjer Dibuat untuk Menyindir Jepang, Kata Sejarawan

Nasional10 Views

kabarin.co – Jakarta, Lagu Genjer-genjer kerap menjadi kontroversi. Selama ini tak terbantahkan stigma PKI begitu lekat dengan lagu Genjer-genjer. Lagu ini memang pernah begitu dekat dengan PKI, bahkan dinyanyikan di HUT PKI dengan paduan suara.

Tambah lagi seniman penciptanya M Arif asal Banyuwangi juga ikut bergabung dalam Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat bentukan PKI. Jadilah lagu Genjer-genjer dicap lagu PKI.

Dan pada Senin (9/5/2016), seorang seniman reggae di Mojokerto diciduk karena menyanyikan lagu Genjer-genjer. Si seniman menyanyikan lagu itu dengan alasan karena nada lagu Genjer-genjer pas dengan musik reggae. Mereka mengaku tak tahu kalau lagu itu tak diperbolehkan dinyanyikan.

Melihat sejarah lagu Genjer-genjer, menurut sejarawan UI Muhammad Wasith Albar, lagu Genjer-genjer ini dibuat pada 1943. Penciptanya M Arif  terinspirasi membuat lagu ini pada zaman Jepang. Genjer dahulu menjadi makanan ternak, tapi karena masa yang sulit akhirnya menjadi makanan untuk sayuran warga.

“Itu kan untuk menyindir bangsa Jepang, jadi orang karena kelaparan nggak bisa makan apa-apa jadi makannya itu untuk sebagai lauk. Ini yang tersedia di sawah kan genjer. Lagu ini kan populer pada masa itu kemudian Muhammad Arif itu direkrut jadi anggota Lekra, awalnya itu. Awalnya untuk menyindir ekonomi masyarakat pada masa Jepang,” jelas Wasith saat berbincang, Kamis (12/5/2016).

Menurut Wasith, di masa 60-an itu, semua partai memiliki mesin kesenian, dan untuk PKI bernama Lekra.

“Namanya kesenian, apa pun bentuknya itu kan alat propaganda alat politik untuk mobilisasi massa yang paling murah. Nah sama, kebetulan lagunya populer makanya Muhammad Arif diminta gabung ke Lekra. Persoalannya banyak orang mengatakan bahwa Lekra bukan underbow PKI, itu bagi sebagian dari mereka,” terang dia.

Kemudian menurut Wasith, terkait lagu Genjer-genjer ini muncul tudingan, lagu ini dinyanyikan Gerwani saat di Lubang Buaya. Ketika itu sejumlah jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan G 30 S/PKI.

Kebenaran soal menyanyikan lagu itu sendiri belum bisa dipastikan. Tapi kemudian beredar lirik lagu di mana genjer-genjer dipelesetkan dari ‘genjer-genjer pating kelewer’ menjadi “jenderal-jenderal pating kelewer’. Tapi di syair aslinya, sebagai lagu rakyat Banyuwangi tak ada sama sekali lirik lagu yang mengarah ke PKI atau peristiwa politik tertentu.

“Lirik lagu secara ikonik metafora mengindikasikan ke PKI tidak ada, nggak ada,” tegas Wasith. (det)

Leave a Reply