Wan Parau, Musisi Legenda Minang dengan Sederet Hitsnya

Wan Parau saat menyanyikan lagunya di Kawasan Gor H. Agus Salim beberapa waktu lalu (Foto: Malin)

Padang, kabarin.co – Bagi anda pecinta lagu minang baik di era 90an atau di era 2000an pasti pernah mendengar lagu pasti pernah mendengar yang berjudul “Sapayuang” atau lagu yang berjudul “Saluang Paimbau” dan “Indak Pandai Mambaco Bayang.”

Semua judul lagu diatas diciptakan oleh salah satu musisi kebanggaan ranah minang yang bernama Ridwan atau lebih akrab disapa dengan nama panggung Wan Parau.

banner 728x90

Bukan hanya itu, sebenarnya masih banyak judul lagu hits yang telah diciptakannya yang menjadi trend pada era musik minang saat ini.

Beberapa tahun lalu, sekira pukul 16.00 Wib, tanpa direncanakan penulis bertemu dengan Wan Parau saat dia tengah memproduksi video klip untuk lagu terbarunya.

Kala itu gayanya tampak begitu khas, rambut panjang yang sudah mulai memutih ia ikat dengan rapi seperti aktor pada film 90.

Gaya yang begitu casual dengan atasan cream hitam bertuliskan supreme dan juga celana putih.

Dengan langkahnya yang sedikit tergesa, diiringi dengan kameramen yang tampak senantiasa mengikutinya kemana saja, dia meminta izin kepada pengunjung yang ada dikawasan itu untuk membuat video klipnya itu.

“Bolehkah saya meminta waktu sebentar untuk membuat video clip untuk dimasukkan ke akun Youtube saya Wan Parau Official?” tanyanya dengan nada ramah.

Dengan jawaban tanpa ragu seluruh pengunjung yang duduk di tempat nongkrong sore itu menjawab.

Pria kelahiran 8 Juni 1968 tersebut, setelah mendapatkan izin, lalu mulai memainkan gitarnya dan menyanyikan tembang lagu terbarunya, diiringi dengan kameramen yang siap untuk merekam setiap gerak langkahnya.

Setelah selesai membuat video klipnya kepada penulis di bercerita tentang beberapa lagu-lagu miliknya yang pernah populer.

Lagu-lagu miliknya yang pernah populer seperti Bansaik Bukanlah Hino (2021) yang viral pada tahun lalu dengan total penonton mencapai 4,9 juta, Sapayuang (2010) yang dinyanyikan oleh Jhon Kinawa, Mande Tagolek Rabah (2017), Tanah Pusako (2015), Palaminan Mamerah (2015) yang juga pernah dipopulerkan oleh Hary Parintang, dan juga lagu slow rock Dalam Gelak Kumenangis (2022) yang dipopulerkan oleh Arief.

“Pertama kali menciptakan lagu pada tahun 1984 karena terinspirasi dari almarhumah ibu ketika saya duduk di bangku SMA yang berjudul Ibu tapi tidak sempat beredar,” tuturnya.

Sementara untuk rekaman pertama kali, anak ketujuh dari sembilan bersaudara ini mengatakan, pada tahun 1980 tersebut di rakaman sari musik yang berjudul Saluang Paimbau yang ia ciptakan sendiri setelah rekaman, ia menjadi lebih produktif bergelut dalam dunia musik Minangkabau.

Ia juga bercerita sempat mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1987 dan menjadi pengamen hingga saat ini, apabila ia memiliki waktu luang.

“Pada tahun itu saya merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib dengan menjadi pengamen dan membawakan lagu yang saya ciptakan sendiri,” katanya.

Sembari mengamen, ia juga membantu kakak laki-lakinya untuk berjualan baju dan mengumpulkan hasil keringatnya untuk menabung dan bergiat di dunia musik.

Ia mengatakan, hingga saat ini kira-kira sudah lebih dari 200 lagu yang telah ia ciptakan sendiri dan memiliki hak cipta.

Yang apabila seorang penyanyi akan menyanyikan lagunya maka ia akan mendapatkan hak pakai lagu dari hasil lagu yang ia ciptakan tersebut.

Ia tak mau menjabarkan berapa keuntungan yang ia peroleh dari hasil lagu miliknya, namun ia mengatakan pihaknya juga mendapatkan royalti dari hasil cover lagu di akun youtube miliknya.

Selama mengamen, ia merasa hal yang paling sulit dilakukan oleh seorang pengamen yakni tetap tersenyum saat orang lain memberikan imbalan dari suaranya, intinya tetap bersyukur walaupun tidak diberikan sepeserpun.

Saat ini, ia mempersiapkan lagu Ratok Si Bansaik.

Yang mana lagu ini mengisahkan perbedaan antara si kaya dan si miskin yang ia ciptakan berdasarkan pengalaman kehidupannya.

“Lagu ini mengisahkan kehidupan orang miskin yang selalu terasingkan dalam hidup bersmasyarakat. Yang menyedali nasibnya yang begitu buruk, sementara untuk orang kaya banyak yang sombong dan tak memperhatikan nasib orang yang ada di bawahnya,” katanya lagi.

Menurutnya, perjalanan dalam dunia musik harus dijalani.

Setiap lagu yang ia ciptakan dianggap sebagai rezeki dan memiliki keunggulan yang berbeda-beda.

Sehingga tantangan dalam dunia musik tak ia rasakan karena dirinya menikmati setiap job yang ia dapatkan.

“Misalnya saya dapat job hari ini dan penontonnya ada lebih dari 1000 atau 2000 maka hasilnya dan rasanya akan berbeda. Jadi kita nikmati saja karena setiap perjalanan itu akan berlalu,” katanya lagi.

Ia mengatakan, perjalannya sebagai musisi menjadi hal yang paling berarti dalam hidupnya karena selain menyalurkan hobi, ia juga bisa mencukupi finansialnya.

“Ke depannya saya berharap bisa tetap produktif sebagai musisi di waktu tua, tetap mencintai dunia musik dan banyak yang memakai lagu-lagu yang saya dinyatakan,” imbuhnya.

(*)

banner 728x90