“Total ikan yang mati berjumlah 130 ton milik dari 45 penambak. Jumlah bisa bertambah, karena proses pendataan masih berjalan,” tuturnya.
Jika dikalkulasikan kerugian akibat kematian massal ikan itu mencapai Rp 3,250 miliar. Angka ini sesuai harga jual ikan ditingkat petani Rp25 ribu per kilogram.
Tidak hanya itu saja, akibat kematian massal ikan tersebut membuat kondisi air danau semakin tercemar. Hal ini dikarenakan banyak penambak yang membuang bangkai ikan ke badan danau lalu membiarkannya saja mengapung dan membusuk di permukaan danau.
Pihaknya sudah mengimbau para penambak untuk tidak membuang bangkai ikan ke badan danau. Melainkan dipungut dan dikubur agar tidak memicu bau busuk dan amis di sekitar danau.
Fenomena kematian ikan secara massal kali ini tambahnya lagi, merupakan musibah perdana tahun 2022 ini. Fenomena demikian merupakan musibah menahun dialami pembudidaya ikan keramba Danau Maninjau. Hampir terjadi setiap awal tahun, pertengahan dan akhir kalender.
Seperti biasa jelasnya, ikan-ikan itu mati lantaran terjadinya penurunan suhu air danau akibat umbalan atau uppweling. Kondisi ini dipicu cuaca buruk berupa hujan deras disertai angin kencang yang membalikan massa air dari dasar ke atas.