Keadaan di PT Semen Padang ini tidak sesuai dengan intruksi Menteri BUMN Erick Tohir yang memerintahkan kepada seluruh Manajemen BUMN untuk meminimalisir peran anak dan cucu perusahaan tersebut.
“Bahkan Pak Erick Thohir telah melakukan penutupan 173 anak-cucu perusahaan BUMN di daerah lain, guna mendorong pertumbuhan bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dijalankan oleh pengusaha di daerah. Sementara di Semen Padang malah mematikan UMKM lokal,” ucapnya.
Sejujurnya kata Verry, peranan Semen Padang dalam menjalankan roda perekonomian Sumbar sangat tinggi. Banyak dampak multiplier effect yang dirasakan oleh masyarakat, ketika perusahaan kebanggaan Tuah Sakato itu masih berdiri sendiri tanpa campur tangan Semen Indonesia. Ia melihat dari rasio perkembangan ekonomi Sumbar dari tahun 2013 , masa kejayaan Semen Padang, berada di angka 6.0 persen. Lebih tinggi dari rata-rata ekonomi nasional.
Begitu Semen Indonesia mengambil alih PT Semen Padang, perlahan namun pasti tingkat perkembangan ekonomi Ranah Minang menurun. Dimana pada Tahun 2014 berada di angka 5.86 persen, Tahun 2015 berada pada angka 5.41 persen, Tahun 2016 di angka 5.27 persen, pada Tahun 2017 di angka 5.29 persen dan Tahun 2018 di angka 5.14 persen.