Manuver Berbahaya Su-27 Rusia Cegat Pesawat Mata-mata AS

RC-135 Rivet Joint reconnaissance aircraft moves into position behind a KC-135T/R Stratotanker for an aerial refueling at a speed greater than 250 knots over Southwest Asia. When connected to the refueling boom, the aircraft will receive more than 40,000 pounds of fuel allowing it to remain on station or move on to other stations to perform its mission. The RC-135 flightcrew of Capt. Mike Edmondson, pilot; 1st Lt. Erik Todoroff, copilot; and 1st Lt. Chris Young, navigator are deployed to the 763rd Expeditionary Reconnaissance Squadron, in Southwest Asia, from 343rd Reconnaissance Squadron, Offutt Air Force Base, Neb. They are natives of East Moline, Il., Jackson, Mich., and Charleston S.C.. (U.S. Air Force photo by Master Sgt. Lance Cheung)

kabarin.co – Sebuah jet tempur Rusia “melecehkan” sebuah pesawat pengintai Angkatan Udara AS di Laut Baltik pekan lalu. Jet Tempur Rusia melakukan manuver berbahaya dengan terbang hanya berjarak 50 kaki dari sayap pesawat Amerika itu, kata seorang pejabat pertahanan.

Pesawat pengintai Angkatan Udara AS, RC-135 itu sedang melakukan “misi rutin” di ruang udara internasional ketika dicegat oleh Su-27 Flanker Rusia,Ungkap Kapten Angkatan Laut. Jeff Davis ,seorang juru bicara Pentagon pada Senin.

Baca Juga :  Kebijakan Trump Bisa Hancurkan Tatanan Dunia Ini

“Su-27 itu berjarak 50 kaki dari ujung sayap RC-135, melakukan manuver barel roll dari sisi kiri pesawat, dari atas pesawat dan berakhir di sisi kanan pesawat,” kata Davis .

RC-135 adalah pesawat pengintai canggih yang mungkin telah mengumpulkan intelijen tentang instalasi militer Rusia di wilayah Kaliningrad, di sepanjang pantai Laut Baltik antara Polandia dan Lithuania.

Baca Juga :  Takuti Rusia,Amerika Kirim Pesawat Siluman Ke Rumania

“Mencegat pesawat dengan tidak aman dan tidak profesional ini memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan dan cedera serius untuk awak angkatan udara dan merupakan tindakan tidak aman dan tidak profesional dari seorang pilot yang memiliki potensi untuk meningkatkan ketegangan antara kedua negara,” kata Davis.

Tinggalkan Balasan