Riset Maarif Institute ‘Kota Islami’ Dinilai Cacat Konsep

kabarin.co – Jika variabel ‘Kota Islami’ hanya dinilai dari aspek rasa aman, sejahtera dan bahagia, naka negara kafir dan negara tak beragamapun akan banyak yang mendapat julukan ‘Kota Islami’.

Demikian disampaikan Direktur Insitute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi menanggapi rilis sebuah lembaga riset terkait nilai ‘Indeks Kota Islam’ (IKI)  di 29 kota Indonesia belum lama ini.

Baca Juga :  Cuti Bersama Natal 2016, Peraturan Ganjil Genap Tidak Berlaku

“Sekarang warganya itu melaksanakan agama Islam apa tidak, dan tidak melihat satu aspek saja, harus holistik,” ujarnya saat dihubungi hidayatullah.com di Jakarta, Rabu (18/05/2016).

“Artinya harus dilihat juga orang islamnya seberapa ketaatannya terhadap agama. Dan ketaatan terhadap agama itu mempunyai implikasi terhadap kehidupan sosial atau tidak, nah itu baru disebut Islami,” jelasnya menambahkan.

Baca Juga :  Verry Mulyadi Obati Kesedihan Korban Kebakaran di Padang Timur

Pria yang akrab disapa Gus Hamid ini menyampaikan, Islam harus diartikan di dalam definisi, selain definsi Islam juga harus diartikan secara konseptual.

“Penelitian ini menurut saya cacat konsep. Kalau Islam hanya diartikan seperti itu, Islam artinya damai, bukan lagi agama,” tukasnya.