Opini  

Esemka dan “Hangat-hangat Tahi Ayam Mobil Nasional”

kabarin.co – Kerinduan akan mobil nasional kembali dihangatkan oleh peluncuran mobil nasional Esemka. Kita semua tahu kalau kepopuleran Esemka ini sempat menaikkan “rating” Joko Widodo sesaat sebelum pemilihan Gubernur Jakarta, tapi sayang setelah itu nasib Esemka seperti tak terdengar lagi sampai kemarin kembali menjadi bahan perbincangan setelah diluncurkan ulang.

Kembali ke era sebelum reformasi, masyarakat di hebohkan oleh mobil nasional bernama Timor kemudian disusul oleh Bimantara. Kita tahu Timor adalah buatan KIA dan Bimantara adalah Hyundai yang keduanya adalah produsen otomotif dari Korea Selatan.

Esemka dan “Hangat-hangat Tahi Ayam Mobil Nasional”

Tapi pada saat itu mobil nasional Timor dibantu oleh Keputusan Presiden (Keppres) sehingga gaung dan penggunaanya diatur oleh pemerintah rezim orde baru. Dengan keppres tersebut Timor diberikan keuntungan untuk membuat pabrik di Indonesia dan mengedarkan produknya ke instansi pemerintah tapi sayang tahun 1998 terjadi reformasi sehingga nasib Timor pun menjadi tamat begitu saja.

Baca Juga :  Jokowi Resmikan Pabrik Esemka di Boyolali, Harga Jual Mobil Bima Rp 110 Juta

Sekarang kerinduan itu kembali terobati oleh Esemka, walau berbau “copy paste” produk mobil buatan China. Tapi pihak Esemka mengklaim kalau komponennya banyak mengandung muatan lokal kecuali blok mesin dan piston yang masih impor.

Wajar saja setiap proyek mobil nasional pasti harus menggandeng pabrikan otomotif yang sudah mapan. Kita tahu hampir 50 tahun merk-merk otomotif dari Jepang menguasai pasar di republik ini tanpa ada sedikitpun niat untuk mengembangkan merk nasional. Mereka hanya cenderung membuat merk bercita rasa lokal dengan meningkatkan kandungan lokal. Ini menjadi dilematis bagi Indonesia, mungkin merk seperti Agya/Ayla dan Avanza/Xenia lebih banyak kandungan lokal dari pada Proton buatan Malaysia, tapi tetap saja produk Jepang dengan cita rasa nusantara.

Baca Juga :  Berhitung Mundur, Meraih Kemenangan

Nah, sekarang Esemka hadir dengan cita rasa China nya, tapi permasalahan terbesar adalah komitmen dan kelanjutannya? Kita tahu proyek mobil nasional ini seperti “hangat-hangat tahi ayam”, setelah itu hilang begitu saja.

Alfis Primatra – hanya seorang netizen yang merindukan mobil nasional Indonesia

(red)