Kabarin.co —- Perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Istana Merdeka, 17 Agustus 2025, menyisakan sebuah momen istimewa yang bukan hanya sekadar hiburan. Ketika lagu Tabola Bale dinyanyikan oleh Silet Open Up bersama Diva Aurel, suasana yang awalnya khidmat mendadak berubah menjadi riang gembira. Para tamu undangan yang biasanya duduk rapi di kursinya, seketika bangkit dan ikut berjoget bersama. Bahkan Presiden Prabowo pun terlihat larut dalam alunan musik tersebut.
Pemandangan itu bukan sekadar tontonan biasa. Ia adalah simbol. Sebuah bukti bahwa musik mampu menembus batas protokol, sekat sosial, bahkan latar belakang budaya. Satu lagu mampu menyatukan kita dalam tawa dan gerak yang sama.
Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kita terdiri dari ratusan suku, bahasa, dan tradisi yang beragam. Namun dalam perbedaan itu, selalu ada ruang untuk bertemu dan merayakan kebersamaan. Musik, dalam hal ini, menjadi medium paling ampuh untuk menyatukan.
Lagu Tabola Bale adalah contoh nyata. Dengan memadukan nuansa musik khas Indonesia Timur dan irama Minang yang mendayu, lagu ini mencerminkan dua kutub budaya yang jauh secara geografis, namun mampu berpadu harmonis. Liriknya sederhana, namun ritmenya mengajak semua orang untuk bergerak, ikut bersenandung, dan tentu saja—bergembira.
Fenomena viralnya lagu ini di media sosial juga menunjukkan bagaimana seni dapat menembus batas generasi. Dari anak muda yang aktif di TikTok, hingga orang tua yang menikmatinya dalam perayaan kampung, semua bisa menemukan dirinya dalam Tabola Bale. Lagu ini bukan sekadar tren hiburan, melainkan cermin dari bagaimana masyarakat kita haus akan ekspresi kebersamaan.
Kemeriahan Tabola Bale di Istana Merdeka hanyalah puncak simbolis dari gelombang yang lebih besar. Di berbagai daerah, pada perayaan HUT RI ke-80, lagu ini juga diputar dan menjadi bagian penting dari pesta rakyat. Dari lapangan desa hingga jalanan kota, musik ini hadir sebagai pemersatu suasana.
Ada hal menarik di sini: musik yang berakar pada kearifan lokal, ketika dikemas dengan kreatif, justru bisa diterima secara universal. Kita seringkali berpikir bahwa untuk merayakan kebersamaan kita perlu sesuatu yang besar dan megah. Padahal, cukup dengan satu lagu sederhana, kita bisa merasakan energi persatuan yang tulus.
Lebih dari sekadar hiburan, Tabola Bale memberi kita pesan tentang siapa kita sebagai bangsa. Lagu ini mengingatkan bahwa Indonesia sejatinya kuat karena perbedaan. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, budaya kita beraneka ragam, tetapi ketika dipadukan menghasilkan keindahan yang tidak tertandingi.
Di tengah polarisasi politik, perdebatan identitas, dan tantangan global yang semakin kompleks, hadirnya sebuah karya seni yang bisa dinikmati semua kalangan adalah oase yang menyejukkan. Lagu ini mengajarkan bahwa kegembiraan adalah ruang yang bisa dimiliki bersama, tanpa memandang latar belakang.
Kita patut memberikan apresiasi besar kepada para musisi yang terlibat dalam lahirnya lagu ini: Silet Open Up, Jacson Zeran, Juan Reza, dan Diva Aurel. Mereka berhasil menghadirkan karya yang bukan hanya enak didengar, tetapi juga bermakna. Tabola Bale membuktikan bahwa musik bisa menjadi bahasa persatuan yang paling sederhana sekaligus paling ampuh.
Apa yang mereka lakukan adalah bentuk nyata dari kontribusi seni untuk bangsa. Jika para pejuang dahulu merebut kemerdekaan dengan bambu runcing, maka generasi hari ini bisa menjaga persatuan dengan karya seni yang menyatukan.
Perayaan HUT RI ke-80 di Istana Merdeka akan tercatat dalam sejarah. Bukan hanya karena khidmatnya upacara, bukan pula karena megahnya acara, tetapi karena sebuah momen sederhana: seluruh tamu, dari pejabat hingga rakyat biasa, dari presiden hingga anak muda, berjoget bersama diiringi Tabola Bale. Itulah Indonesia. Negeri yang selalu bisa menemukan cara untuk tertawa, bergembira, dan bersatu di tengah segala tantangan.
Lewat Tabola Bale, kita diingatkan kembali bahwa cinta kepada Indonesia bisa tumbuh dari hal-hal sederhana: sebuah lagu, sebuah tarian, sebuah senyuman bersama. Dan dari sana, persatuan kita akan terus terjaga. (***)