Resahnya Istana dan Demo 25 November yang Berpotensi Lengserkan Jokowi

Nasional7 Views

kabarin.co, JAKARTA-Aksi unjuk rasa menuntut proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok belum selesai. Setelah demo 4 November yang melibatkan 2,3 juta pengunjuk rasa turun ke jalan aksi serupa kabarnya akan digelar kembali pada 25 November.

Aksi ini diperkirakan akan lebih besar dari Aksi 411 belum lama ini. Diprediksi massa akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah massa pada demonstrasi sebelumnya.

Baca juga: Terungkap! Jumlah Massa yang Hadir Demo 411 mencapai 2,3 Juta

Hal tersebut dikarenakan buruh akan ikut bergabung dalam aksi 25 November mendatang. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan buruh dari 20 provinsi menyatakan siap untuk ikut. Dikabarkan juga umat muslim dari Jawa Barat saja bakal ada sekitar 5 juta orang yang menuju ke Jakarta untuk berpartisipasi dalam demo besar-besaran itu.

“Kita terkonfirmasi siap, setidaknya hampir 20 provinsi terkonfirmasi siap dan akan ikut. Aksi ini bukan pertama kalinya dan permulaan, kita sudah tiga kali mogok nasional. Mogok nasional yang terbesar itu pada tahun 2013. Jadi kita sudah terlatih untuk mogok nasional,” jelas Said dalam jumpa pers Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) di Jalan Kampung Melayu Kecil V, Jakarta, Senin malam

Pihak Istana melalui Menteri Sekretaris Negara Pramono Anung mengatakan yakin demonstrasi itu bukan untuk menggulingkan Presiden Jokowi. “Enggak (menggulingkan), yang jelas presiden bersilaturahmi, berkomunikasi, berdialog dengan siapa pun agar masyarakat segera tenang,” ujar Pramono di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/11/2016).

Demo 25 November yang dikhawatirkan istana itu memang berpotensi melengserkan Jokowi, jika tuntutan pengunjuk rasa tidak dipenuhi oleh pemerintah dan polri lalu semua mayoritas umat Islam menarik uangnya dalam jumlah besar di hari yang sama (rush money), hal ini akan sangat merepotkan pemerintah dan bisa menjungkalkan Jokowi dari kursi kepresidenan.

Dalam bahasa pemerintah, demo yang mengkhawatirkan itu disebut sebagai bakal mengganggu momentum perbaikan ekonomi, “Jika ketegangan masih terjadi maka akan mengganggu perbaikan ekonomi yang saat ini tengah diupayakan pemerintah,” kata Pramono.

“Momentum perbaikan ekonomi yang sedang kita lakukan akan bisa terganggu kalau kemudian ketegangan itu masih terjadi,” ujar dia. Untuk itu, kata Pramono, Jokowi akan terus berkomunikasi dengan pihak-pihak yang diharapkan bisa menenteramkan situasi.

“Tentunya melakukan komunikasi dengan tokoh-tokoh yang diharapkan bisa menentramkan persoalan ini. Jadi itu yang dilakukan,” ucap Pramono. Seperti sudah diketahui sebelum dan sesudah demo damai 411 Presiden Jokowi melakukan serangkaian pertemuan dengan tokoh-tokoh nasional.

Tapi justru ketika demo yang diiringi dzikir dan sholawat bersama itu berlangsung Jokowi malah tak menemui para pengunjuk rasa di Istana, baru menjelang tengah malam ia muncul, memimpin rapat terbatas lalu mengeluarkan pernyataan yang menyikapi aksi damai tersebut di antaranya mengatakan adanya penunggangan oleh aktor-aktor politik yang bermain memanfaatkan situasi.

Keesokan harinya Presiden melakukan konsolidasi dengan TNI AD, Marinir, Brimob dan para alim ulama dan dari hasil konsolidasi itu Jokowi berharap tidak ada lagi demo pada 25 November mendatang.

Jokowi Minta Tak Ada Lagi Demonstrasi 25 November

Presiden, kata Pramono lebih lanjut, berkomitmen tidak akan mengintervensi proses hukum yang saat ini menjerat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Apalagi, jika kasus dugaan penistaan agama ini sudah diputuskan secara terbuka dan transparan.

“Maka memberikan kewenangan sepenuhnya pada Polri untuk menindaklanjuti itu dan rencananya besok hari Selasa, Rabu dan seterusnya mudah-mudahan segera ada keputusan,” ujar dia. (mfs)

Baca juga:

Politikus PKS: Ahok yang Bermasalah, Kenapa Jokowi yang Sibuk?

Jokowi Terjebak antara 9 Naga dan Umat

Presiden Jokowi Minta Jangan Demo Lagi, Presiden KA KAMMI: Apa yang Ditakutkan?