Seberapa Besar Risiko Penularan Zika dari Singapura ke Indonesia?

kabarin.co, JAKARTA-Otoritas kesehatan Singapura mengonfirmasi adanya penyebaran virus Zika yang sudah menginfeksi lebih dari 50 orang. Virus Zika diketahui disebarkan secara lokal dan bukan kasus penyakit impor dari luar negeri.

Dekatnya jarak dan tingginya arus perpindahan penduduk dari Singapura ke Indonesia memunculkan kekhawatiran tersendiri. Seberapa besar risiko penularan virus Zika dari Singapura ke Indonesia?

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Dr dr Amin Subandrio, SpMK, mengatakan tentu saja ada risiko penyebaran virus Zika dari Singapura ke Indonesia. Sebabnya, letak geografis Indonesia dan Singapura yang berdekatan, serta tingginya arus transportasi antara kedua negara membuat risiko penularan meningkat.

“Kalau dilihat secara geografis juga transportasi sekarang yang begitu efektif, maka bisa saja vektor itu pindah, dalam hal ini nyamuknya. Kita sendiri sudah diingatkan oleh WHO sebagai daerah dengue belts, jadi daerah dengan endemis nyamuk Aedes aegypti yang tentu saja meningkatkan risiko demam berdarah dengue dan Zika sekaligus,” tutur Prof Amin ketika dihubungi detikHealth, Rabu (31/6/2016).

Dr Erni J. Nelwan, SpPD-KPTI dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia – RS Cipto Mangunkusumo mengatakan hal serupa. Selain mobilitas penduduk Singapura-Jakarta yang tinggi, salah satu faktor risiko lain adalah adanya nyamuk Aedes aegypti di Indonesia.

Dijelaskan dr Erni, virus Zika bukan berasal atau dihasilkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk hanyalah sarana penularan. Dalam artian jika ada seseorang yang terinfeksi Zika kemudian digigit nyamuk, virus Zika bisa pindah ke orang lain ketika nyamuk tersebut menggigit orang yang berbeda.

“Di kita vektornya (nyamuk Aedes aegypti) Zika kan ada dan banyak. Secara keilmuan bisa saja seseorang yang terinfeksi Zika di Singapura lalu digigit nyamuk Aedes di Indonesia, virusnya kan jadi terbawa si nyamuk, yang akhirnya menggigit orang lain dan menyebabkan infeksi,” tutur dr Erni dihubungi terpisah.

Meski begitu, tanpa adanya penyebaran di Singapura pun, Prof Amin mengatakan risiko Zika di Indonesia tetap ada. Berdasarkan catatan literatur dan penelitian, Zika sudah ditemukan sejak tahun 1958 di Indonesia. Bahkan akhir tahun lalu seorang warga Suku Anak Dalam di Jambi positif terinfeksi Zika.

“Beda lagi kalau bicara risiko ada Zika nggak di Indonesia. Ya kita nggak perlu di Singapura, di kita kan sudah ditemukan juga tapi cuma satu kasus saja dan tidak menyebar ke yang lain,” tandas Prof Amin. (det)

Baca juga:

Zika Merajalela, Penjualan Obat Nyamuk di Singapura Naik Tajam

Hati – Hati Virus Zika Sudah Menjangkiti Warga Indonesia !

Tiga Negara Ini Keluarkan Travel Warning ke Singapura