Tambun Naibaho Belum Cukup, Semen Padang Masih Membutuhkan “Bunga”

Penulis: Rizal Marajo

“Kalau cuma dapat Tambun Naibaho, tak perlu operasi senyap-senyapan segala macam.”

Itulah salah satu reaksi fans Semen Padang FC di social media, sesaat setelah manajemen Semen Padang FC mempublikasi rekrutan pertama mereka tahun 2017, dan menyebut sejumlah nama yang akan ikut trial untuk kompetisi 2017.

Ada tersirat  rasa kecewa dan jujur seorang fans, yang terlanjur berharap manajemen tim mendatangkan pemain yang punya nama, level papan atas, minimal ada bau-bau timnas-nya. Sementara seorang Tambun Naibaho dianggap belum masuk kriteria tersebut. Banyak kicauan senada yang muncul seputar masuknya Tambun.

Tentunya yang jadi sasaran kekecewaan adalah pihak manajemen. Terlebih sikap manajemen tim yang sebelumnya full tertutup soal rekrutan, telah menimbulkan persepsi bahwa manajemen tengah menyiapkan kejutan besar untuk fans, bahwa akan datang seorang pemain terkenal seperti yang diinginkan oleh fans.

Namun, ketika “keranjang belanjaan” dibuka, ternyata isinya jauh dari harapan fans. Tak ada kejutan, tak ada bintang, tak ada pemain level atas, tak ada pemain Timnas. Tidak ada nama-nama yang sebelumnya begitu banyak diusulkan para fans.

Walaupun manajemen  menyebut mereka bukannya berdiam diri dalam usaha  merekrut pemain, namun ujung dari lobi dan nego itu banyak yang tak berpihak pada Semen Padang. Bahkan, ada pemain yang sudah menyatakan deal, malah putar haluan.

Namun, pembelaan manajemen  itu belum cukup mampu meredakan kekecewaan  publik, karena mereka lebih melihat hasil kerja manajemen, dan tak terlalu mementingkan apa saja yang dilakukan tim lobi dan nego Semen Padang. Buktinya yang datang hanya Tambun, dan sejumlah pemain yang dipanggil untuk diseleksi.

Kasihan Tambun, dia yang datang dengan keinginan membela Semen Padang dan berharap bisa meningkatkan karir profesionalnya di Semen Padang, langsung diuji dengan sambutan yang lumayan minor. Sebuah ucapan “Selamat Datang” yang mungkin tak pernah dibayangkannya, meskipun disisi lain banyak juga yang menyambutnya dengan positif. Setidaknya pemain ini punya potensi mengobati kepedihan kehilangan M. Nur Iskandar yang sudah pergi.

Bagi Tambun sendiri, hal ini mungkin tak terlalu menjadi persoalan, karena hal-hal seperti itu adalah hal yang bisa untuk seorang pemain. sebagai profesional dia nanti akan coba membuktikan, bahwa cap medioker yang pagi-pagi sudah disematkan fans Semen Padang padanya, adalah salah.

Pun bagi fans, seharusnya tak langsung ‘meremehkan” seorang Tambun, bahkan sebelum dia mulai bekerja untuk Semen Padang. Bagaimanapun, manajemen merekrut Tambun tentunya berdasarkan rekomendasi pelatih. Pelatih melihat Tambun dengan tipikal dan kemampuan yang dimiliki adalah sosok yang dibutuhkan oleh tim.

Kembali ke manajemen, yang menjadi ‘sasaran tembak” suporter, karena dianggap tak realistis dalam bertindak. Di satu sisi, mereka seolah ingin mengakomodasi keinginan fans yang ingin melihat tim disegani, bahkan menjadi juara.

Tapi disisi lain, bahan baku yang disiapkan untuk menjadi juara tidak atau belum memadai. Bagaimanapun, dalam sepakbola untuk menjadi juara kemampuan skuad akan sangat menentukan, disamping kapabilitas sang pelatih.

Rumus sepakbola itu sebenarnya sederhana, yang hulunya adalah kemampuan finansial tim. Jika punya uang segini, Anda hanya akan mendapatkan pemain sekelas ini. Dengan pemain sekelas ini, Anda hanya ‘berhak” mendapatkan target begini.

Itulah rumus sederhananya, dan itu sudah seringkali terbukti. Hanya anomali yang bisa mematahkan teori tersebut, Faktanya, tim seperti Leicester City dipastikan tidak akan bisa setiap tahun bisa menjuarai Liga Premier Inggris. Tak akan selamanya skuad semenjana bisa mengangkangi skuad mahal Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal, aatupun Manchester City.

Bicara Semen Padang FC hari ini, dengan “tagline” efisiensi dan kencangkan ikat pinggang, setidaknya menggambarkan tim ini tak lagi wah isi kantongnya. Kuota yang hanya 23 pemain untuk musim 2017, plus beredar kabar kelas hotel Semen Padang saat away nanti turun dari bintang 4 ke bintang 3, adalah jawaban dari hipotesa itu.

Mungkin manajemen tim harus lebih terbuka dan jujur kepada fans tentang kondisi nyata tim saat ini. Mungkin tak perlu memasang target juara, kalau hanya demi menyenangkan hati para fans. Karena bisa jadi itu akan menjadi bumerang bagi manajemen sendiri.

Lebih elegant sepertinya jika manajemen tim bicara apa adanya, sehingga para suporter tak memasang ekspektasi terlalu tinggi terhadap tim. Akan jauh lebih penting bagi manajemen adalah membuat seluruh kru tim, utamanya tim pelatih dan pemain merasa aman dan nyaman dalam bekerja.

Dengan terjaminnya rasa aman dan nyaman, setidaknya akan memberikan nilai plus disisi lain, walaupun tim ini bukanlah kumpulan pria-pria bernama besar dan terkenal. Mereka akan menunjukan tanggungjawab yang lebih besar dan kemauan lebih tinggi menjaga reputasi tim ini.

Tentunya akan sangat dipujikan, jika manajemen hari ini punya program melakukan terobosan-terobosan penting untuk menjaga eksistensi dan meningkatkan nilai jual tim. Memburu sponsor dan akan menggarap sektor fans base lebih maksimal lagi, adalah acungan jempol untuk manajemen.

Well, jangan lupa satu hal, walau tim saat ini terkesan sangat bersahaja menyongsong musim 2017, bagaimanapun akan tetap membutuhkan satu pemain yang akan jadi “bunga” dalam tim.

Mahal memang harganya, tapi keberadaan sosok bunga akan sangat penting artinya. Bunga yang akan menyedot penonton ke Stadion, sekaligus bunga yang akan membuat tim ini tak terlihat terlalu gersang dan kering kerontang. Tim ini membutuhkan kembang mekar yang akan mendampingi ikon-ikon seperti Irsyad Maulana, Jandia Eka Putra, ataupun Hengki Ardiles. (*)