Mata uang yang terpapar tersebut disebabkan karena ekspor di negaranya bernasib sangat buruk. Misalnya, dolar Australia merosot ke level terendah USD0,5702 pada hari Rabu, sementara dolar Selandia Baru menyentuh level terendah dalam 11 tahun pada level USD0,5697 sen.
Sterling turun 3,73% menjadi USD1,16 atau level terendah sejak pound disebut ‘flash crash’ pada Oktober 2016. Bahkan mata uang safe-haven lain yang dirasa dipersepsikan berjuang melawan greenback, seperti yen Jepang turun 0,4% dan franc Swiss turun sekitar 0,8%. (oke)
Baca Juga:
Rupiah Semakin Melemah ke Rp15.215 per Dolar AS