Industri Otomotif Resah, Kenaikan Tarif STNK Memberatkan dan Terburu-buru

Nasional9 Views

kabarin.co, JAKARTA-Meski keberatan dengan kenaikan tarif STNK an BPKB industri otomotif nasional berharap kenaikan tarif tersebur diiringi dengan perbaikan p0elayanan dan kemudahan pengurusan.

Ketua Umum Gabungan Agen Tunggal Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengaku sudah mendapat penjelasan atas kenaikan tarif tersebut.

Dari informasi yang diterimanya, alasan kenaikan itu lantaran belum pernah ada kenaikan sejak 2010. ”Mereka menyebutkan ini adalah inflasi yang normal setelah 6-7 tahun tidak dinaikkan,” kata Yohannes, di Jakarta, Jumat, 6 Januari 2017.

Walaupun dirasa memberatkan, karena kenaikan tarif STNK cukup tinggi dan terkesan terburu-buru, menurutnya kalangan industrialis otomotif menerima kebijakan pemerintah tersebut.

”(Kenaikan) Agak memberatkan. Ka­mi dari pihak otomotif, walaupun sebaiknya, kalau kami inginnya, kalau per­lu, enggak usah naik. Tapi, kan ini ke­bijakan pemerintah jadi kami meneri­ma hal ini,” tuturnya.

Kalau kenaikan tidak bisa dihindari dan sudah menjadi kebijakan pemerintah, setidaknya ada perbaikan pela­yan­an. Selain itu, masyarakat dimudahkan ke­tika melakukan perpanjangan STNK dan sebagainya.

”Itu akan sangat membantu. Seperti yang dijanjikan, pelayanan STNK tidak harus di satu tempat, tetapi bisa (diurus) di tempat lain. Seperti mengurus SIM, makin lama makin mudah kan. Dari segi waktu pelayanan pun juga diharapkan lebih cepat,” tuturnya.

Pengaruhi penjualan
Jika dibandingkan dengan harga mo­bil di kisaran Rp 100 juta-Rp 200 juta, ke­naikan biaya pengurusan STNK itu hanya berkisar ratusan ribu. Namun, dia memperkirakan adanya pengaruh be­rupa penundaan konsumen untuk membeli kendaraan bermotor.

”Kalau kita lihat harga mobil yang pa­ling murah Rp 200 juta, Rp 120 juta, kenaikan hanya beberapa ratus ribu. Yang terjadi, mungkin ada sedikit penundaan (pembelian) karena orang akan berta­nya-tanya,” ucapnya.

Seharusnya, kata Yohannes, kenaikan tarif itu tidak akan memengaruhi penjualan. Kendati ada penundaan pembelian, konsumen akan tetap membeli ken­daraan bermotor setelah mempelajari tarif yang berlaku saat ini.

”Orang akan menunda untuk mempelajari dan segala macam, tapi harusnya enggak lama. Orang enggak akan sampai enggak jadi beli mobil,” kata Yohannes.

Apabila tahun depan ada kenaikan tarif lagi, Yohannes menegaskan sangat keberatan dan jangan sampai terjadi. Industri otomotif berharap pemerintah tidak menaikkan tarif STNK dalam be­be­rapa tahun ke depan.

”Waduh, jangan dong. Jangan sampai dong, kenaikan ini besar sekali, jangan sampai ada kenaikan lagi. Tuntutan kita, tolong layanan diperbaiki dan jangan ada lagi kenaikan dalam waktu dekat atau beberapa tahun ke depan,” ujarnya.

Seperti diketahui, Gaikindo menargetkan penjualan otomotif pada 2017 akan lebih baik dari 2016. Tahun lalu, pihak­nya mentargetkan penjualan 2016 mencapai 1,05 juta unit. Data pastinya baru akan dirilis pada pertengahan Januari.

”Kalau lihat dari hasil forecast, saya optimistis tahun ini Indonesia akan bertumbuh. Kalau saya lihat harga batu bara pelan-pelan naik. Naiknya batu ba­ra berpengaruh terhadap perekonomi­an. Apabila batu bara naik, ekonomi naik secara otomatis. Nah, ekonomi Indonesia akan terbawa,” tutur Nangoi.

Berdasarkan kondisi tersebut, Nangoi memprediksikan angka penjualan mobil secara nasional pada tahun 2017 ini bisa sebanyak 1,1 juta unit. (mfs)

Baca juga:

Produsen Otomotif di Berbagai Negara Berlomba Menghadirkan Kendaraan Ramah Lingkungan

Pengurusan Biaya Demi PNBP, Kenaikkan STNK dan BPKB Sampai 300 Persen

FITRA: Jokowi Beri Tiga Kado Pahit di Awal Tahun 2017