Seakan Kehilangan Seram Covid-19 di Pemungkiman Kumuh Jakarta

“Dalam keadaan begini mereka butuh biaya, atau buat dapur. Mereka sebagian keluar-keluar juga. Kalau ini tidak bisa kita paksakan, ini kan urusan perut,” ujarnya menegaskan.

Sitanggang mengaku sebisa mungkin tiap hari mengimbau soal jaga jarak, meski kondisinya pun tak berubah. Sitanggang merinci, dalam satu RT yang ia pimpin, ada 300 kepala keluarga yang terdiri dari 900 jiwa penduduk yang tinggal di sana.

Dari permukiman padat lainnya, cerita serupa juga hadir di RT03/RW17 di Penjaringan, Jakarta Utara.

Baca Juga :  Grafik Kasus Meninggal COVID-19 Menurun, Pasien Sembuh Bertambah 913 Orang

“Ya, hanya beberapa saja melakukan yang memang paham (soal jaga jarak). Kalau yang warga biasa ya masih kumpul-kumpul. Menerapkannya itu susah,” ujarnya Enny Rohayati warga RT03/RW17, Penjaringan.
Enny merupakan warga Gang Marlina, salah satu RT kumuh di Penjaringan. Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) ini yang membantu pemerintah mengampanyekan physical distancing. Menurutnya hingga saat ini masih banyak warga bepergian: untuk cari uang dan makan. Lagi-lagi urusan perut jadi kendala.