Features: Ketika Sepakbola Sumbar Dicambuk Rasa Malu

“Tim panser” pulang cepat dengan status juru kunci Grup A, setelah dikangkangi Portugal, Rumania, dan Inggris. Hasil yang benar-benar membuat sepakbola Jerman malu besar. Tak hanya itu,  hasil buruk tersebut membuat Timnas Jerman disiksa habis-habisan oleh pers negara mereka.

Hal yang paling dikecam adalah skuad Jerman masih bertabur bintang-bintang gaek semacam Thomas Hassler, Thomas Linke, Ulf Kirsten, ataupun Oliver Bierhoff.  Bahkan seorang veteran Lothar Mathaeus yang sudah berumur 40 tahun masih menjadi starter di jantung pertahanan.

Baca Juga :  Profil: Ide "Liar" dan Mimpi Sepakbola Hardimen Koto untuk Sumbar

Kegagalan di EURO 2000 adalah puncak kemunduran sepakbola Jerman. Dua tahun sebelumnya di ajang Piala dunia 1998 Prancis, Jerman dengan “panser tua”-nya hanya sampai perempatfinal, setelah dihajar “anak baru” Eropa, yakni Kroasia dengan skor 3-0 di Lyon.

Dua kali dipermalukan secara beruntun di turnamen besar, membuat Jerman cepat bertindak. Maka lahirlah sebuah program bernama Das Talentfoerderprogramm atau Program Pengembangan Bakat. Jerman menyadari, mereka sudah membuat kesalahan besar telah mengabaikan dan melupakan bakat-bakat muda mereka.