Over Kapasitas, Pungli Merajalela, dan tak Bisa Shalat Jumat; Penyebab Utama Kaburnya Tahanan di Rutan Sialang Bungkuk

kabarin.co – Kaburnya ratusan tahanan di Rumah Tahanan Klas IIB, Sialang Bungkuk, Kulim, Pekanbaru Riau, ternyata klimaks dari ketidakpuasan para tahanan terhadap pengelola Rutan. Sedikit-sedikit uang, pungli merajalela, dan perlakuan tak baik terhadap penghuni Rutan.

Akibatnya, ratusan tahanan kabur, Jumat (5/5), pukul 12.45 WIB, satu jam setelah dilakukannya aksi unjuk rasa memprotes perlakuan sipir dan petugas Rutan kepada mereka.

Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Riau, Irjen Pol Zulkarnain Adinegara, menceritakan apa saja dialami warga Rutan akibat perlakukan buruk petugas Rutan dalam melayani tahanan. Satu di antaranya adalah mengeluarkan biaya untuk setiap jam besuk.

“Ada lagi CB, Cuti Bersyarat. Dimintai juga uang. Dari organisasi (Kemenkum HAM) katanya tidak dipersulit. Tetapi sampai pada tahanan dipersulit. Kemudian ada lagi kalau pindah blok pakai fee, uang. Artinya ada something wrong-nya,” kata Kapolda Irjen Pol Zulkarnain, Jumat malam, seperti dilangsir riauonline.co.id.

Ia juga mendapat informasi dan laporan dari tahanan, petugas Rutan memungut dua bungkus rokok per pekan dari tahanan jika ingin air bersih lancar sampai ke ruangan-ruangan.

Bukan hanya itu, tuturnya, tahanan transit tidur di WC ruang tahanan. Jika hendak menelepon keluarga, dipungut biaya Rp1.000 untuk setiap menitnya hingga membayar Rp50 ribu setiap kali membesuk dibebankan pembesuk.

“Ini semua mudah-mudahan ada perbaikan dan sudah saya sampaikan ke Pak Ferdinand (Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Riau) untuk secara transparan diperbaiki dan dari rutan sendiri mau untuk mengubahnya,” kata lulusan Akpol 1985 tersebut.

Dia meminta, kepada seluruh petugas dan sipir Lapas, hilangkan praktik-praktik pungutan liar (Pungli) seperti dialami di Rutan Sialang Bungkuk. “Terkait hal-hal seperti itu, tolong hadirkan saja pihak internal (Sipir) untuk memperbaikinya. Setiap organisasi kan ada inspektoratnya. Nanti kami dianggap ikut campur pula,” kata mantan Kapolda Maluku Utara itu.

Jika ini tak diperbaiki dan dibenahi, tuturnya, bisa saja memantik, memicu tahanan untuk kembali melakukan hal-hal diluar kendali dari para petugas lapas.

Sementara itu, Kepala Kanwil Kementerian Hukum dan HAM, Ferdinand Siagian, sama sekali tak tahu praktik-prakti pungutan liar yang dilakukan anggota, seperti diceritakan Kapolda Riau. Seharusnya, pungli tersebut tidak ada, dirinya sama sekali tak tahu pungli tersebut.

“Mereka mengatakan ada Pungli. Besok (hari ini) akan kita rapatkan. (Tuntutan) lainnya mengenai makan, air bersih dan cuti bersama. Pungli dilakukan oknum. Kita akan menyelidiki dan memproses, tentu akan kita tindak,” kata Ferdinan.

Selain itu, penyebab kaburnya tahanan tersebut, terjadinya akibat tidak primanya pelayanan mereka terapkan di Lapas kepada penghuni. “Di sini sudah over kapasitas. Dari 300-an kapasitasnya, sudah diisi 1.900-an tahanan. Sehingga dipastikan sudah sangat sesak,” jelas mantan Kapolres Pelalawan tersebut.

Selain itu, tutur Guntur, kerusuhan berujung kaburnya ratusan tahanan juga akibat ketidaksenangan ribuan tahanan yang susah menjalankan ibadah Salat Jumat.

“Mereka mendobrak, melempar menggunakan batu sebelum Salat Jumat berlangsung. Sehingga pintu yang berada di sebelah kanan lapas berhasil mereka dobrak dan keluar berhamburan,” tuturnya.

Akibat over capasity-nya lapas, tak jarang terjadi gesekan fisik antartahanan. Jumat siang, seorang sipir melerai perkelahian, namun ia memukul seorang warga binaan di Blok C.

Akibat pemukulan ini diduga menjadi pemicu emosi warga binaan sehingga terjadilah kerusuhan tersebut. Napi kemudian merusak pintu dan gembok sebelah kanan. Sehingga sekitar 200-an penghuni Lapas berhamburan kabur menuju permukiman warga.

Di saat bersamaan, sipir dan petugas Lapas kemudian melakukan pemblokiran pintu depan, dan ini membuat tahanan lainnya tak bisa mengikuti jejak 200-an teman mereka untuk kabur. Mereka yang tertahan di dalam lapas kemudian melakukan perusakan dan pembakaran.(*)