Tax Amnesty RI Jadi Salah Satu Tersukses Di Dunia

Keuangan14 Views

kabarin.co – Periode pertama program pengampunan pajak atau tax amnesty tinggal menghitung hari dan akan berakhir 30 September 2016. Dalam 3 bulan terakhir, program tax amnesty ternyata cukup menarik banyak peminat. Uang ribuan triliun rupiah dari deklarasi dan ratusan triliun dari repatriasi mengalir deras masuk ke dalam negeri. Saking derasnya dana yang masuk membuat dolar AS keok ke level Rp 12.936.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual menyebutkan, program tax amnesty di Indonesia merupakan salah satu yang tersukses di dunia. Lihat saja, dalam rentang waktu 3 bulan saja, uang ribuan triliun rupiah sudah terkumpul. Dari dana repatriasi saja, bahkan sudah mencapai lebih dari Rp 100 triliun. Ini merupakan angka yang cukup tinggi.

Tax amnesty kita bisa dibilang jadi tersukses di dunia,” ucap David kepada detikFinance, Selasa (27/9/2016).

Sebagai perbandingan, David menyebutkan, negara-negara lain yang pernah menerapkan program tax amnesty hanya mampu mencatatkan pendapatan dari tax amnesty tidak lebih dari 1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kecuali Argentina yang mencapai 1,5% dari PDB. Misalnya India hanya 0,6% dari PDB, Italia 0,1% dari PDB, New Zealand di bawah 1% dari PDB, begitu juga dengan Irlandia, dan Turki di bawah 1% dari PDB.

“Kita termasuk sukses. Dana dari program tax amnesty terkumpul ribuan triliun rupiah, repatriasi ratusan triliun. Kita goverment revenue dari tax amnesty masuk di atas 1%,” sebut dia.

Sementara khusus untuk repatriasi saja, kata David, Indonesia juga termasuk menjadi yang tersukses di dunia setelah Italia.

“Repatriasi Italia sampai 3,5% terhadap PDB, negara-negara lainnya kurang dari 1%, kita mendekati 2% dari PDB untuk dana repatriasi, padahal kita baru jalan 2-3 bulan, ini masih berjalan, jadi kita lebih tinggi dari semua,” tandasnya.

Tersisa 3 Bulan, Penerimaan Pajak RI Baru Capai 55% dari Target

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI mencatat realisasi penerimaan pajak hingga 25 September 2016 mencapai Rp 729,7 triliun atau 55% dari target APBN-P 2016 sebesar Rp 1355,2 triliun. PAdahal tahun 2016 hanya bersisa sekitar 3 bulan lagi.

Meski demikian, bila dilihat dari besaran penerimaan sebenarnya angka ini tumbuh 13,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).

Ada pun rincian penerimaan pajak negara hingga saat ini terdiri dari pajak non migas Rp 705,2 triliun, dan pajak migas sebesar Rp 24,5 triliun.

“Ada PPh non migas Rp 431,7 triliun, PPN Rp 252,5 triliun, PBB dan pajak lainnya Rp 20,8 triliun, lalu Migas Rp 24,5 triliun,” ujar Dirjen Pajak Ken Dwijugiasteadi di Gedung Sudirman, Kanwil WP Besar, Jakarta, Senin (26/9/2016).

Ken mengatakan, penerimaan pajak ini masih mengalami penurunan pada sektor impor. Belum pulihnya ekonomi di sektor minyak dan gas, ditandai dengan masih berlangsungnya penurunan lifting minyak bumi dan anjloknya harga minyak.

Namun demikian, terlepas dari berbagai pertumbuhan dan penurunan pajak-pajak di atas, Direktorat Jenderal Pajak berharap penerimaan pajak di periode berikutnya dapat terus meningkat seiring dengan diberlakukannya berbagai terobosan kebijakan perpajakan maupun peningkatan kepatuhan wajib pajak, salah satunya tax amnesty.

“Kalau kalian mau melihat ini ekstensifikasi kedepannya seperti apa kedepannya, begini saja, sekarang sudah sekitar 1700-an wajib pajak daftar tax amnesty. Katakanlah ini dibelanjakan semua maka tentu ada PPn nya sekian triliun dikali 10%,” tandasnya. (det)