Apa Kabar Indonesia Tanpa Jurnalis?

Opini32 Views

APA KABAR INDONESIA TANPA JURNALIS?

Penulis : Wafa Nur Firdaus

 

Menjadi bagian dari negeri “multikultur” tentu merupakan kebanggan tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak? Hidup diantara lebih dari 267,2 juta jiwa dengan berbagai perbedaan suku, budaya, bahasa dan lain sebagainya tentu menjadikan negeri ini kaya akan keberagaman yang mempesona. Ideologi pancasila sendiri telah menjadikan bangsanya menjadi sebuah kesatuan utuh dibawah naungan bendera merah putih. Sudah sepantasnya ini menjadi nilai luhur yang patut kita pertontonkan kehadapan dunia. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah kontribusi besar untuk menempatkan nilai tersebut pada tempat yang layak.

Namun, sangat disayangkan, kini kemerdekaan kita sendiri sedang dipertanyakan kelayakannya. Terlalu banyak oknum yang tak mampu turut serta bertanggung jawab dalam membangun rekonsiliasi. Sehingga masih sangat sulit untuk terlepas dari probabilitas yang sifatnya tak pasti. Seperti halnya pemberitaan dimedia massa yang sedikit banyak telah berpengaruh besar bagi kehidupan bernegara bangsa kita.

Tak banyak yang menyadari, saat ini, banyak anomali yang sesungguhnya telah meleburkan informasi pada media massa. Sehingga perlahan mulai membuat kepanikan – kepanikan yang dapat mempengaruhi perspektif masyarakat dalam skala yang cakupannya cukup besar. Tak hanya itu, alih tekhnologi membuat media massa berubah. Untuk mempertahankan eksistensinya guna menopang operasional dapur redaksi, tak sedikit dari mereka mencoba menggoreng isu – isu yang saling menjatuhkan juga mendiskriminasi pihak – pihak tertentu demi meningkatkan jumlah “klik dan views” pada laman berita. Sehingga, yang menjadi poin besar nya adalah, bagaimana kini kewajiban seorang jurnalis dipertaruhkan agar tetap dapat memunculkan sinergitas dari pemberitaan yang proporsional?

Maka dari itu, kontribusi yang sedang saya persiapkan untuk Indonesia kedepannya sebagai seorang jurnalis adalah mengedukasi masyarakat dengan menyajikan pemberitaan yang bersifat objektif dengan menulis secara lebih kompleks, independen, serta netral. Sehingga dapat menggiring opini publik juga optimisme publik  pada stigma yang baik.  Prinsip saya adalah “bagian terpenting dari hal yang besar adalah bagaimana hal kecil bekerja.” dengan begitu, media yang saya bangun guna mengedukasi masyarakat tidak akan hanya membangun sebuah perspektif yang sempit dalam memandang sebuah kasus, akan tetapi memeberikan ruang yang lebih besar untuk perspektif yang lebih luas.

Tidak hanya sampai disitu, saya juga akan menjembatanimedia dengan pemerintah. Sehingga putusan publik dapat dilakukan secara lebih transparan dan mengedepankan integritas bersama. Seperti yang dikatakan oleh Hadji Oemar Said Tjokroaminoto bahwa, “ Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator” maka dengan menjadi pemimpin yang hebat, saya akan membawa nilai luhur bangsa ini ke hadapan dunia dan memperlihatkan bahwa sebuah bangsa yang besar mungkin terkadang jatuh atau tertatih, tapi bangsa Indonesia akan tetap memiliki sebuah pelangi bagi rekonsiliasinya.

 

(Ed/L)