Hadi Joban vs Said Aqil Siradj : Saat Pejuang Kemanusiaan Dikriminalisasikan

kabarin.co – Sekelompok orang berdiskusi di Rumah Kedaulatan Jalan Guntur 49, Jakarta Pusat. Para pendiskusi menyuarakan kekerasan, “mau membakar Jakarta”, menjadikan Jakarta seperti peristiwa Mei 1998 dan ungkapan-ungkapan rasis. Mereka para politikus lama dan kadang pula ada purnawiraman. Namun, di sisi lain ada segelintir kecil anak muda yang gerah dengan tema para pendiskusi itu, salah seorangnya adalah Hadi Joban.

Hadi termasuk yang tinggal di “penampungan” milik tokoh sosialis Subadio Sastrosatomo lebih dikenal dengan panggilan Oom Kiyuk itu. Karena dialah tempat yang semula kumuh dan kotor, menjadi bersih. Bahkan buku-buku warisan Oom Kiyuk kini sedang direstorasi kembali. Orangnya, tak bisa diam bila melihat penindasan dimanapun berada. Tak heran jika dia terlihat dalam berbagai demonstrasi.

Dia membentuk Aliansi Anti Perang yang lalu berganti menjadi Human Rights Aliance. Saat warga Indonesia menjadi korban crane dan tragedi mina, lalu Kerajaan Saudi Arabia, tak minta maaf kepada korban dia marah. Tiga kali dengan berbagai kelompok Kedutaan Arab Saudi didatanginya. Unjuk rasa juga dia lancarkan saat peringatan Konferensi Asia Afrika di Bandung, tahun lalu. Joban, juga ikut serta dalam demo buruh 1 Mei, dan banyak sekali demo dalam negeri.

Orangnya bersemangat menyuarakan anti penindasan. Dia juga anti pemerintahan yang fasis, yang menjalankan kekuasaan dengan cara-cara kekerasan. Joba menentang penggusuran rakyat kecil di Jakarta. Apalagi penguasa yang menjalankan kekuasaannya berdasarkan pesanan taipan rakus. Namun dia juga menentang kelompok-kelompok yang bersuara rasis. Joban juga pro lingkungan hidup, karena itulah dia menentang reklamasi Teluk Benoa, Bali dan Teluk Jakarta.

Joban juga adalah seniman. Dia memerankan tokoh-tokoh pergerakan di Indonesia. Dia siap menjadi Sukarno, Tan Malaka, Pangeran Sambernyawa atau siapapun. Kini dia sedang latihan mempersiapkan drama reading bercerita tentang kebakaran di Tanah Abang. Hadi Joban, orangnya kritis terhadap apapun. Dia kritis terhadap agama yang dijanlankan dengan tindakan kekersan, Joban anti terorisme. Jika diskusi suaranya akan meledak-ledak, seperti dia sedang memainkan peran dalam drama. Dia tak bakal bisa diam terhadap penindasan dan kekerasan. Selain dengan aksi, jari-jarinya lincah bersuara lewat media sosial (seperti facebook dan twitter).

Sangat heran sekali jika polisi mau menjadikannya target kelompok separatis, saking cintanya Joban pada negeri ini dia kritis terhadap apapun yang mau merusak negeri dan bangsa ini. Joban adalah pejuang kemanusiaan. Begitu juga sungguh disayangkan komentar Ketua PBNU, Said Aqil Siradj dalam merdeka.com, jawapos.com, republika online dll  yang menghubungkan separatisme, Joban dan Syiah. Joban bukalah penganut Syiah, dia  percaya agama  yang Tuhanya memuliakan kemanusiaan dan anti kekerasan. Seharusnya sebagai pemimpin umat Said Aqil Siradj mengecek dulu sebelum berkomentar. Atau memang ada jurnalis yang ingin menggoreng isu itu?

Terbuktilah, penelitian Andreas Harsono, 60 persen jurnalis Indonesia atau ruang-ruang editor, dipenuhi orang-orang radikal yang pro terorisme. Lalu untuk kepentingan siapa jurnalis menghubungkan Joban dengan Syiah? Lalu kenapa Said Aqil Siradj yang dimintai pendapatnya? Hanya pembuat agenda setting inilah yang tahu. Nantinya juga bakal terungkap. (indonesiapolicy)

Baca Juga:

Aktivis Hadi Joban: Gua Pasti Lawan Penindasan!