Semakin malam semakin ramai. Masyarakat sudah tidak sabar untuk melihat pertunjukan Kureta Mendaki.
Sebuah pertunjukan tradisi terinspirasi dari bunyi kereta api yang mendaki rel bergigi Bukit Barisan.
“Bunyi kereta api menggambarkan ingatan sejarah yang menjadi identitas budaya kita. Suara kereta mendaki bisa dimaknai sebagai bentuk perjuangan dan ketahanan masyarakat yang terus beradaptasi dan bertahan pada berbagai tantangan,” ujar Rijal Tanmenan, kondaktur dari kureta mandaki.
Meskipun tahun lalu pernah diadakan kureta mandaki, namun pada tahun ini ada intepretasi baru secara musikal.
“Ritme digarap dengan dinamika yang lebih dinamis. Ditambah dengan talempong pacik dan pupuik batang padi. Secara konfigurasi mengambil bentuk kereta yang berselisih. Korografi yang lebih rampak,” ujar pendiri Gudang Seni Menata ini.
Malam itu, 21 grup sanggar Gandang Tansa tampil dengan menakjubkan.
Setiap sanggar memiliki warna baju dan indang yang berbeda-beda.
Keragaman itu disatukan dalam rajutan ritme Kureta Mandaki yang ditabuh oleh 154 orang penambuh gendang secara dinamis.