“Menurut cerita, yang guru olahraga Zohri di SMP 1, Ibu Rosida yang sering mengajak dan membujuk Zohri untuk latihan karena sudah melihat bakat dan skillnya. Awalnya Zohri selalu menolak. Sampai waktu Zohri duduk di bangku kelas 3 SMP, dia baru punya keinginan untuk latihan,” tutur Tjahjo.
Kabarnya Zohri setiap berangkat ke sekolah selalu jalan kaki dan tanpa alas kaki. Saat duduk di bangku kelas 3 SMP, bakatnya sebagai pelari mulai terasah. Rumah keluarga Zohri memang memprihatinkan, hanya berdinding papan. Usia rumah pun sudah tua.
“Kondisi rumah peninggalan orang tuanya berdindingkan papan, merupakan rumah tua. Memang memprihatinkan. Semoga sedikit bantuan dari saya bisa membuat Zohri dan keluarga tersenyum. Karena dia juga telah membuat kita bisa tersenyum bangga,” ujarnya.
Pemugaran rumah Zohri diharapkan bisa dilakukan secepatnya. Tjahjo meminta jajarannya untuk bisa menyelesaikan pekerjaan itu dalam waktu satu Minggu. Ia juga meminta, para praja IPDN di NTB ikut membantu memugar rumah.