Kisah Pilu Anak anak Afghanistan Menahan Lapar Sampai di Beri Obat Tidur

PBB mengatakan “malapetaka” kemanusiaan ini kini terjadi di Afghanistan.

Mayoritas dari para pria di luar Herat bekerja sebagai buruh harian. Mereka telah menjalani hidup yang sulit selama bertahun-tahun.

Tapi ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus lalu, tanpa pengakuan internasional atas pemerintahan de facto yang baru, dana bantuan luar negeri yang diperuntukkan bagi Afghanistan dibekukan sehingga memicu kelumpuhan ekonomi.

Para pria juga tidak bekerja. Kadang-kadang mereka mendapatkan pekerjaan dengan bayaran sekitar 100 Afghanis atau setara Rp17.000.

Ke manapun kami pergi, kami menemukan orang-orang dipaksa mengambil keputusan ekstrem untuk menyelamatkan keluarga mereka dari kelaparan, termasuk menjual ginjal.

Ammar (bukan nama sebenarnya) berkata, dia telah melakukan operasi pengangkatan ginjal tiga bulan lalu dan menunjukkan kepada kami bekas luka selebar sembilan inci. Bekas jahitan itu berwarna merah muda, melintang di perutnya dari bagian depan ke belakang.

Dia berusia sekitar 20 tahun, umur produktif untuk bekerja. Kami menyembunyikan identitasnya.