OBOR RAKYAT, Tabloid Peramal Bag 1

Opini17 Views

kabarin.co – Pendahuluan, Namanya saja Obor Rakyat, bisa digunakan tergantung pembawanya. Seperti halnya pisau, saat digunakan untuk memotong kue atau bawang alat itu menjadi jelas penggunaannya. Tapi juga bisa digunakan untuk mengancam, melukai atau membunuh.

Begitu pula Obor, jika digunakan di tempat gelap bisa menjadi penerang atau penunjuk jalan. Namun, obor juga bisa digunakan untuk membakar lahan atau rumah orang. Sekarang,  dari sudut mana kita melihat Tabloid Obor Rakyat itu? Menjadi penerang sas sus yang belum jelas atau membakar (baca provokasi) orang yang membacanya.

Jika melihat isinya (Tabloid) Obor Rakyat adalah penerang desas-desus, yang selama ini  beredar di masyarakat. Di Indonesia, bila itu disebut desas-desus atau isu, adalah sebuah kebenaran yang tertunda.

Melihat gambar Tabloid Obor Rakyat edisi 01 pada 5 – 11 Mei 2014,  dengan headline atau judul muka tabloid “Capres Boneka”, dengan gambar seseorang, seorang lelaki berbaju merah mencium tangan menggunakan kening seorang perempuan yang juga berbaju merah, dan dia kalau lelaki itu beragama Islam tentu mengetahui bahwa perempuan tersebut bukanlah muhrim-nya (orang yang terlepas dari haram jika menyentuh kulitnya) atau setidak-tidaknya dia adalah ibu dari lelaki itu.  Tentu menimbulkan banyak pertanyaan. Kenapa lelaki tersebut melakukan itu? Jika itu karena kita menghormati seorang perempuan, dalam tradisi Perancis, biasanya kita mencium tangan perempuan dengan bibir atau hidungnya.

Ada juga tradisi, yang mencium pipi kanan dan kiri, biasanya dikenal sebagai cipika-cipiki. Atau tradisi cium tangan dengan  hidung atau (saat ini kening) menghormati perempuan yang lebih tua, karena dia itu tante atau guru.  Gambar atau potret adalah seribu makna dan tafsir. Gambar itu melihat bahwa lelaki baju merah itu menghormati “Ibu”, seorang Ketua Umum Partai, meminta “restu” untuk bisa dijadikan kendaraan untuk ikut pemilihan (umum) presiden.  Gambar itu benar adanya, anda bisa cari di mesin pencari google, ini aslinya :

Restu itu tentu berimbas, bisa menjadi permintaan bagi yang merestui. Saat itulah seseorang yang meminta restu menjadi budak atau boneka yang yang dimintai restu tersebut. Tak salah kemudian (Yang Mulia) Ketua Umum Partai PDI Perjuangan, Megawati Sukarno Putri, menyebut Joko Widodo (Jokowi) adalah petugas partai.

Melihat tanggal terbitnya Tabloid Obor Rakyat edisi 01 pada 5 – 11 Mei 2014, pada musim kampanye  saat pemilihan presiden belum berlangsung dengan kenyataan sekarang. Tabloid Obor Rakyat itu, masih relevan. Presiden cuma lah “Boneka” Partai yang mengusungnya, lebih tepat lagi adalah, di  bawah kontrol “Ibu” Sang Ketua Umum partai tersebut. Ada sebuah peristiwa peresmian Bendungan Copong di Garut, Jawa Barat (yang jebol dan kini diduga penyebab banjir bandang Garut baru-baru ini) diresmikan oleh Ibu Ketua Partai, biasanya peresmian suatu proyek pemerintah dilakukan oleh kepala pemereintah (baik daerah atau negara) atau wakilnya. Tapi dalam kasus Bendungan Copong, Garut itu diresmikan oleh Sang Ibu Ketua Partai. Terdengar sas sus di masyarakat yang menjadi kepala pemerintahan ini, Presiden atau Sang Ibu Ketua Umum Partai. Kembali ke soal Tanggal terbit  Tabloid Obor Rakyat edisi 01 pada 5 – 11 Mei 2014, yang sekarang sangat relevan dengan keadaan, boleh saya katakan ini bukan sekedar Tabloid biasa, tapi “Tabloid Peramal”, apa yang ditulis saat itu, menjadi kenyataan saat ini. (bagian pertama dari 3 bagian). (indonesiapolicy.com)

Baca Juga:

OBOR RAKYAT, Kejahatan Pemilu atau Pengekangan Kebebasan Berekspresi? Bag 2

OBOR RAKYAT, Jokowi Seharusnya Berterima Kasih Bag 3 (habis)