Opini  

Berhitung Mundur, Meraih Kemenangan

Sekalipun bagian dari Tim Inti Pemenangan Airlangga jelang Munaslub Bali, saya memutuskan untuk tidak bergabung dalam jajaran elite DPP Partai Golkar. Saya merasa lebih dari cukup membangun komitmen politik dengan Airlangga secara pribadi ataupun tokoh-tokoh lain yang saya jadikan sebagai guru, seperti Bang Ical atau Pak Agung Laksono. Saya merasa lebih menyenangkan punya “lapangan permainan” yang lebih fleksibel, tetapi tetap bermain di dalam lapangan. Beberapa tokoh partai memang melancarkan kritik terbuka ke saya, betapa selama ini beberapa kali berbeda pendapat dengan garis partai. Pilgub DKI Jakarta yang baru lalu barangkali adalah catatan terakhir saya dalam berseberangan dengan partai, ketika saya memilih menarasikan Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno, walau tetap menempatkan diri sebagai kawan Ahok.

Baca Juga :  Ini Kerugian dan Kerusakan yang Disebabkan Banjir Bandang Lundar, Pasaman

Armada yang dibangun Airlangga memiliki dasar-dasar keilmuan yang kuat di bidangnya masing-masing. Ada nuansa intelektual yang tajam di kalangan politisinya. Diluar itu, mereka juga bukan sosok yang enggan untuk “jual beli pukulan” dengan politisi lain. Kawah candradimuka Partai Golkar lebih dari luas dan dalam guna menghasilkan kader-kader yang tak mudah menguar emosi, sekalipun berdebat tentang tema yang paling tajam sekalipun. Dengan slagorde seperti ini, Partai Golkar lebih optimistik memandang pemilu serentak 17 April 2019, sekaligus melakukan transisi internal dalam jembatan alih generasi yang tertata dengan baik.