Opini  

Berhitung Mundur, Meraih Kemenangan

Dengan cara ini, tanggungjawab personal bakal berubah menjadi mesin organisasi yang kuat, apalagi jika digerakkan dengan pola kepemimpinan yang tepat dan perangkat teknologi yang moderen. Kerjasama bakal lebih dirasakan, ketimbang unjuk gigi kelompok, faksi atau kepentingan semata. Apalagi partai adalah organisasi yang majemuk dan besar, dengan wilayah sasaran yang jauh lebih raksasa lagi, yakni rakyat Indonesia.

Partai Golkar termasuk beruntung. Dalam situasi yang sangat rawan pergesekan, berhasil keluar dari konflik permanen yang akut. Proses Munaslub berlangsung dengan baik. Belum sampai lima tahun, Partai Golkar dipimpin oleh empat tokoh, yakni Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Setya Novanto dan Airlangga Hartarto. Lebatnya pohon tokoh dalam tubuh beringin menandakan sehatnya partai politik ini sebagai organisasi kader. Hilang satu, tumbuh beribu.

Baca Juga :  Peneliti: Pemerintah Harus Dorong Ekspor Jasa

Tangan dingin Airlangga mulai menampakkan hasil dengan membenahi organisasi-organisasi induk dan sayap. Kemunculan lapisan kepemimpinan muda atau kalangan yang diperkirakan sudah pensiun tapi muncul kembali – seperti Hadjriyanto Thohari yang humoris dan beruban itu – menandakan bahwa Partai Golkar tak kekurangan apapun. Airlangga benar-benar memberikan waktu untuk darah baru dan darah lama untuk saling tukar darah, tetapi dalam waktu yang terbatas. Tak ada waktu untuk saling bertengkar, apalagi saling menyingkirkan. Tak boleh berlama-lama juga mempelajari buku saku dan petunjuk.