Pun, jika Partai Golkar adalah sebuah universitas, barangkali sudah banyak guru besar yang layak menjadi semacam Senat Guru Besar, juga fakultas-fakultas yang memiliki dosen-dosen dengan kepandaian khusus. Beberapa kali saya berdiskusi dengan Tantowi Yahya, Meutya Havid dan lain-lain dalam menyinggung kekayaan Partai Golkar dengan tokoh-tokoh yang memiliki keahlian ini. Hanya saja, Partai Golkar bukanlah universitas, melainkan universe dalam arti mengajarkan politik dalam artian universal dan humanistik. Penyanyi legendaris seperti Tety Kadi saja ikut melenggok di arena berkumpul para pendukung Nurul Arifin sebagai Calon Walikota Bandung.
Sebagai partai politik, Partai Golkar tentu malah digerakkan guna mengejar cabang-cabang kekuasaan yang bisa dimasuki. Tetapi, dengan pengalaman yang sudah panjang, tentu adab dan etika politik juga ditunjukkan dengan cara menyokong pemerintahan yang berjalan sebaik-baiknya.
Sembari melirik jurus-jurus menawan yang mungkin akan dimainkan oleh Mas Tommy Soeharto, saya sumringah dengan kembalinya Yuddy Chrisnandi ke bawah induk pohon beringin. Saya masih ingat, Yuddy “memerintahkan” saya untuk menemani Airlangga Hartarto dalam forum Rapat Pimpinan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) yang dihadiri oleh jajaran eselon satu.