Opini  

Mengejar Infrastruktur, Melepas Kedaulatan Rakyat

Secara kultur pun kedatangan jumlah banyak tenaga kerja asal China menimbulkan gesekan dengan masyarakat di berbagai daerah di mana proyek itu dikerjakan karena cara hidup mereka yang eksklusif dan dianggap menginjak-injak kedaulatan penduduk lokal. Contohnya penggunaan huruf-huruf kanji dan bahasa mereka digunakan dalam operasi dan kegiatan pada proyek-proyek yang semestinya menggunakan petunjuk bahasa Indonesia. Singkatnya secara mencolok, mereka mempertontonkan bahwa mereka adalah tuan di negeri orang.

Baca Juga :  Kapal Zahro Express Menewaskan 2 Orang, Akibat Kebakaran Saat Ke Pulau Seribu

Indonesia yang menjadi target China untuk menjadi daerah pemasaran produk China dalam jangka panjang, sepertinya terus didorong oleh kepentingan-kepentingan China yang direpresentasikan oleh proxy China di Indonesia baik itu taipan, pengusaha pribumi maupun pejabat untuk mendukung kebijakan OBOR (One Belt One Road) For One China. Indonesia kini menjadi salah satu negara mitra strategis di Asia bagi kepentingan ekonomi China melalui kebijakan Jalur Sutera Maritim. Tetapi jika melihat apa yang terjadi di Afrika, bahwa apa yang diberikan China di awal dilihat sebagai kebaikan dalam bentuk bantuan pinjaman dan investasi untuk pembangunan Infrastrukur, pada akhirnya Indonesia bukanlah sebagai mitra dagang yang seimbang dan saling menguntungkan, tetapi lebih menjadi korban atas imperialisme baru China yang kini telah menjadi negara yang mampu mengimbangi pengaruh dan kekuatan Amerika Serikat.