Riset yang dilakukan di di fasilitas laboratorium milik Fakultas Biologi UGM selama tahun 2017 ini merupakan tindak lanjut dari riset awal terhadap 9 ekor tikus yang dilakukan di Bimana Indomedical bersama peneliti Bimana dan Pusat Studi Satwa Primata IPB. Saat ini riset ECCT juga dilakukan di RS Dr. Soetomo Surabaya untuk riset klinis dibiayai oleh Kemenristekdikti.
Hasil riset yang dipaparkan oleh Dr. Firman Alamsyah, kepala Laboratorium Biofisika, C-Tech Labs mengklaim bahwa ECCT mampu menghambat laju pertumbuhan sel kanker pada tikus. Data yang dia publikasikan menunjukkan tingkat penghambatan rata-rata dari pertumbuhan awal 0.121 cm2/hari berkurang menjadi rata-rata 0.01 cm2/hari atau rata-rata mencapai tingkat penghambatan hingga 92% secara volume.
Hasil lab darah dan patologi anatomi terhadap jaringan tumor tikus juga menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada fungsi ginjal dan liver, ritme jantung maupun jumlah hitungan sel darah pada tikus yang diinduksi tumor maupun tikus sehat yang diberi pajanan medan listrik ECCT. Hasil patologi anatomi jaringan tumor menunjukkan meningkatnya aktifitas sel darah putih (limfosit) dan sel makrofaji yang lebih dominan pada tikus yang diberi pajanan medan listrik. Dr. Firman mengklaim bahwa hal itu menandakan bahwa ECCT mendorong kerja sistem imunitas tubuh menjadi lebih aktif dengan memproduksi sel darah putih dan sel makrofaji lebih banyak untuk memakan dan menyerap sel-sel kanker yang sudah mati.