2017 Tahunnya Ustad Somad, Dai Milenial: Menyeruak dari Tanah Melayu dan Antitesa Jakarta Bukanlah Segalanya.

Karena sebetulnya tiga menit pun sudah cukup panjang. Tapi publik bisa satu jam mendengarkan Somad berceramah. Sehingga humor-humor itu sudah menjadi karakter berdakwah di era milenial. Humor memang sudah menjadi kelaziman dalam pidato yang panjang, termasuk dakwah di kampung-kampung, tapi intensitasnya tak serapat Somad. Ini yang membuat dai-dai sosmed lainnya tak semoncer Somad. Somad telah menjadi anak kandung dai era milenial.

Baca Juga :  Dibalik Blokir IG Ustaz Somad, Satu "Kesalahan" UAS adalah Selalu Serukan Persatuan Umat

Kedua, sikapnya yang independen. Salah satu keunggulan orang yang dibesarkan oleh sosial media adalah sikap independen. Hal itu bisa dilihat dari dunia sosmed yang riuh. Ini karena orang-orang itu bebas menulis atau berbicara apa saja. Bahkan orang yang pendiam pun bisa menjadi rame jika muncul di sosmed. Ini karena sifat sosmed yang impersonal dan independen.

Baca Juga :  Jamaah Membeludak Sampai Trotoar di Bogor, Ustaz Abdul Somad: Yang Benci Ulama itu Orang Gila

Hal itu misalnya berbeda dengan dai yang dibesarkan oleh televisi atau majelis pengajian. Televisi memiliki banyak aturan, apalagi di tengah kontrol opini yang ketat maka garis politik pemilik dan segmentasi pasar akan mengarahkan si dai untuk bergaya bagaimana dan harus bicara apa saja.