2017 Tahunnya Ustad Somad, Dai Milenial: Menyeruak dari Tanah Melayu dan Antitesa Jakarta Bukanlah Segalanya.

Ya, salah satu keunggulan Somad dibandingkan dengan dai-dai lainnya adalah pada kemampuannya merujuk kitab dan dalil dengan kutipan yang panjang, bahkan latar belakangnya. Ini jika menyangkut data atau pendapat tertentu. Langgam Melayu memang enak di telinga dan nyaman di hati. Apalagi jika ditingkahi dengan pantun dan syair. Ini hanya bisa dimiliki oleh orang Riau, apalagi Bahasa Indonesia memang bersumber dari Melayu Riau. Ini pula yang dulu menjadi keunggulan Syarwan Hamid saat menjadi juru bicara tentara. Ada rima dan metafora.

Baca Juga :  Mantan Rocker Hari Moekti Meninggal Dunia

Suara Somad yang merdu dan kefasihannya dalam Bahasa Arab membuat ceramahnya menjadi pertunjukan sendiri saat ia mendendangkan syair atau membacakan ayat-ayat Alquran. Namun ada dua hal yang membuat ceramahnya menjadi segar. Pertama, humornya. Ceramahnya yang panjang itu diselingi oleh banyak humor. Tak butuh ia membuat cerita panjang untuk menciptakan canda yang menyegarkan. Tapi cukup dengan satu kalimat, saat mengomentari materi ceramahnya sendiri.

Baca Juga :  Penipuan Mengatasnamakan Dirinya, Ustaz Abdul Somad: Semoga Mereka Bertaubat dan Cari Rezeki yang Halal

Ini membutuhkan kecerdasan tersendiri. Butuh selera humor dan kecepatan berpikir. Selingan humor ini sangat dibutuhkan di sosmed. Bayangkan orang menonton Youtube di layar hp yang kecil, kualitas gambar yang tak prima, dan sering terkena buffer akibat sinyal yang buruk maka betapa membosankannya mendengarkan orang bicara panjang di Youtube.